Dengan pengobatan antibiotik, infeksi tokso bisa diatasi.
"Duh, gawat! Gimana dong? Aku positif tokso, padahal usia kandunganku sudah jalan tiga bulan!" sambat Wita panik sepulang dari konsultasi ke dokter kandungan. Yang dia cemaskan apalagi kalau bukan janin yang dikandungnya bakal lahir cacat. Tokso merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti ibu hamil. Parasit toksoplasma yang berkembang biak dalam tubuh ibu dapat mengganggu pertumbuhan janin dan menimbulkan cacat bawaan. ADA OBATNYA Lalu apa yang harus dilakukan bila ibu hamil positif tokso? Tak ada kata lain kecuali menjalani pengobatan secara tepat. Dokter akan memberikan antibiotik yang tepat, cocok bagi ibu dan aman bagi kehamilan, seperti sulfadiazine dan pyrimethamine. Jika tidak cocok, sulfadiazine dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila demikian, dokter akan menggantinya dengan pemberian clindamycin. Pada beberapa orang, clindamycin dapat mengakibatkan gangguan pencernaan. Sementara, pyrimethamine dapat mengakibatkan kurang darah sehingga untuk mengantisipasinya ibu dianjurkan mengonsumsi leucovorin atau folinic acid. Umumnya, pengobatan dilakukan selama 10 hari dengan dosis minum antibiotik 3x sehari, meski kadang butuh waktu lebih lama. Karena termasuk jenis parasit, toksoplasma tidak bisa dimusnahkan seluruhnya dari dalam tubuh. Itulah mengapa, kendati sudah diobati bisa saja tokso akan muncul dan muncul lagi. Yang perlu dilakukan adalah mengontrol parasit dengan pengobatan antibiotik yang tepat. Juga menjaga sistem kekebalan tubuh yang bisa dilakukan dengan minum obat-obatan atau mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, dan istirahat yang cukup. Pengobatan yang tidak tepat sangat mungkin membuat parasit kembali muncul, terlebih bila kondisi tubuh diabaikan. Guna memantau pertum-buhan janin, ibu hamil yang positif toksoplasma harus mampu bekerja sama lebih intensif dengan dokter kandungan dan kebidanan yang menanganinya. Pemantauan janin bisa dilakukan dengan USG atau pemeriksaan plasenta dan sumsum tulang belakang. Dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan tadi akan terlihat apakah janin tumbuh normal atau mengalami kecacatan. Bila terjadi kecacatan, ibu akan diberi pilihan apakah akan meneruskan kehamilannya atau tidak. Tentu saja sebelum sampai pada keputusan ini harus ada observasi mendalam oleh tim ahli mengenai kondisi si janin. Selain mematuhi aturan minum obat, ibu juga harus menghindari konsumsi makanan yang berisiko menyebarkan parasit toksoplasma, seperti lalapan mentah dan sate atau steik setengah matang. Bibit penyakit yang awalnya ditemukan pada hewan pengerat ini tidak mati bila daging binatang yang ditumpanginya hanya dimasak setengah matang. Toksoplasma kemungkinan juga hidup pada tanaman yang menggunakan pupuk kandang. Bila makanan yang ditempeli spora tokso ini masuk ke dalam tubuh kemudian pecah di dalam darah ibu, maka kemungkinan ia akan terjangkit. Meski jarang terjadi, penularan juga bisa terjadi lewat transfusi darah dan transplantasi organ tubuh. TAK PERLU PANIK Ibu hamil yang positif terinfeksi tokso dianjurkan untuk tidak kelewat panik. Kendati para dokter kebidanan dan kandungan sampai saat ini belum bisa memastikan seberapa besar persentasenya, kemungkinan gangguan terhadap janin tidak terlalu besar. Dengan kata lain, masih terbuka kemungkinan besar bagi ibu positif tokso untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa gangguan berarti. Kendati demikian, kehati-hatian tetap perlu diprioritaskan. Agar kehamilan terbebas dari infeksi toksoplasma sebaiknya ibu melakukan antisipasi jauh-jauh hari sejak merencanakan kehamilan. Salah satunya dengan menjalani pemeriksaan TORCH di laboratorium. Bila benar positif terinfeksi tokso, ibu sebaiknya menunda kehamilan sampai infeksi toksonya dinyatakan negatif. Selain itu, hindari konsumsi yang memungkinkan terjadinya infeksi toksoplasma. Di antara nya, masakan daging setengah matang atau sayuran mentah. Mengapa begitu? Karena ibu yang tadinya dinyatakan negatif tokso, tidak mustahil di bulan-bulan berikutnya menjadi positif tokso bila tetap mengonsumsi makanan yang mengandung parasit tokso. Kalaupun ingin mengonsumsi daging dan lalap, pastikan bahan-bahannya betul-betul matang karena dengan pemanasan yang cukup, parasit tokso akan mati. RISIKO YANG DIBAWA TOKSO Infeksi tokso pada manusia baru ditemukan tahun 1923 di wilayah yang dahulu merupakan negara Cekoslovakia. Infeksi ini ternyata bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk ibu yang sedang hamil ataupun tidak. Data statistik menunjukkan, hampir 1/3 penduduk dunia terinfeksi toksoplasma. Saat dalam kondisi normal dan sehat, keberadaan toksoplasma tidak menimbulkan gangguan berarti. Barulah jika kondisi tubuh lemah bisa saja infeksi tokso menjadi berbahaya. Di dalam tubuh perempuan, parasit ini akan merusak sel-sel berinti, termasuk sel telur. Jika yang diserang adalah sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi, sel tersebut akan rusak sehingga kehamilan sulit terjadi. Yang paling dikhawatirkan memang infeksi tokso yang menyerang ibu hamil. Risikonya, keguguran dan cacat pada janin, seperti hidrosefalus ataupun mikrosefalus. Semakin dini toksoplasma menyerang, umumnya akan semakin besar dampak gangguan terhadap janin. Kalau ibu hamil terinfeksi di trimester pertama, peluang janin akan terinfeksi mencapai 17%. Sekitar 60% janin yang terinfeksi ini kemungkinan mengalami toksoplasmosis berat dan sisanya sebesar 40% mengalami toksoplasmosis ringan. Jika menyerang di trimester II, ada peningkatan peluang terkena infeksi menjadi 24%. Sekitar 30% di antaranya akan mengalami toksoplasmosis berat. Selanjutnya, bila parasit tokso menyerang di trimester III, kemungkinan janin terinfeksi menjadi 62%. Namun dari jumlah tersebut tidak ada satu pun yang menderita toksoplasmosis berat. Untuk mengatasi dampak toksoplasma setelah bayi lahir biasanya dilakukan beberapa teknik pengobatan. Di antaranya pemberian obat oral kepada bayi dan pengeluaran cairan dari otak/kepala dengan menggunakan slang khusus bila cairan menumpuk di dalam otak. Bisa saja saat dilahirkan bayi tampak sehat, tapi dalam perkembangan selanjutnya muncul gejala kelainan mata seperti korioretinis (gangguan penglihatan) dan strabismus (juling), serta kejang tanpa demam. Pengobatannya tentu saja harus disesuaikan dengan gangguan yang ada. BILA TOKSO TAK KUNJUNG SEMBUH Ada seorang ibu yang dinyatakan positif terinfeksi tokso dan tidak diperbolehkan hamil oleh dokter kebidanan dan kandungannya sebelum toksoplasma itu negatif. Namun, hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun infeksi toksonya tak kunjung sembuh meski ia rutin menjalani pengobatan dan menghindari makananan pemicu infeksi. Menurut Ovi, seharusnya dengan pengobatan intensif dan sesuai aturan, infeksi tokso menjadi negatif. Bila memang tetap positif harus dievaluasi apakah ibu tidak disiplin menjalani pengobatan, daya tahan tubuhnya melemah, mengonsumsi makanan yang dipantang, pernah menerima transfusi darah atau melakukan transplantasi organ tubuh. Nah, untuk memahami ini setidaknya kita perlu tahu fungsi IgM (Immunoglobulin M) dan IgG (Immunoglobulin G) yang diperiksa melalui tes laboratorium. IgM terbentuk pada saat pertama kali terinfeksi (infeksi primer) sebagai reaksi terhadap masuknya benda asing ke dalam tubuh (antigen). IgM ini secara perlahan-lahan akan menghilang dalam waktu 1-24 bulan kemudian. Tapi bisa timbul lagi bila yang bersangkutan terinfeksi kembali. Selanjutnya, setelah infeksi pertama terbentuklah IgG yaitu zat penangkis atau kekebalan tubuh. Ini merupakan protein dengan berat molekul besar yang menunjukkan bahwa dalam tubuh kita telah terbentuk kekebalan. IgG akan menetap di dalam tubuh. Hanya saja kadar IgG ini dapat naik-turun sesuai kondisi kesehatan. Untuk mencapai fase aman, IgG boleh positif atau negatif sedangkan IgM harus negatif. Ini bisa diupayakan dengan pengobatan tepat dibarengi dengan menghindari hal-hal yang menjadi pemicu/penyebab toksoplasma. Bila IgM kembali positif, berarti sedang terjadi infeksi toksoplasma. Irfan Hasuki. Ilustrator: Pugoeh Konsultan ahi: dr. Dwiyana Ocviyanti, Sp.OG., dari RS Jakarta Medical Centre, Jakarta Selatan Reference : tabloid nakita
|