Oleh : Arihta Pandia, S.Si, Apt
PENYAKIT Stevens Johnson Syndrome (SJS) akhir-akhir ini sering diberitakan di media massa.
Penyakit ini adalah penyakit yang mengakibatkan kulit terbakar hebat yang biasanya disebabkan karena efek dari hipersensitivitas terhadap obat tertentu.
Meskipun nama penyakit ini sudah lama dikenal di kalangan medis, namun karena penderitanya jarang sehingga kurang diketahui masyarakat. SJS bisa terjadi karena adanya kompleks imun di dalam tubuh. Ketika terjadi ikatan antara antigen dan antibodi yang disebut sebagai kompleks imun, kompleks imun tersebut menimbulkan reaksi pada tempat dimana dia mengendap sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. SJS ini secara khusus melibatkan kulit dan membran mukosa atau selaput lendir organ tertentu.
Di kalangan medis nama penyakit ini dikenal juga dengan sebutan Ektodermosis erosiva pluriorifisialis, eritema multiformis tipe Hebra, eritema bulosa maligna, sindrom mukokutaneaokular, serta minor form of TEN (toxic epidermal necrolysis).
Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui. Namun dari berbagai kasus yang terjadi salah satu penyebabnya adalah alergi obat, biasanya obat yang diberikan secara sistemik (langsung melalui aliran darah/disuntik). Jenis-jenis obat pencetus SJS lainnya diantaranya adalah beberapa jenis antibiotika, antipiretik/analgetik dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit, neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan. Untuk kasus yang belum diketahui penyebabnya ada 25-50% kasus. Penyakit SJS ini kebanyakan timbul pada anak-anak dan laki-laki muda. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 2:1. Namun jarang dijumpai pada anak usia 3 tahun ke bawah.
Gejala dan Tanda
Gejala penyakit SJS ini sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat. Pada yang berat penderita dapat mengalami koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala berupa demam tinggi 39-40°C, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorok.
Dengan segera gejala tersebut dapat menjadi berat. Stomatitis (radang mulut) merupakan gejala awal dan paling mudah terlihat Pada sindrom ini terlihat adanya 3 gejala kelainan berupa: 1. Kelainan kulit, kelainan kulit terdiri atas eritema (kemerahan pada kulit), vesikel (gelembung berisi cairan) dan bula (seperti vesikel namun ukurannya lebih besar). Vesikel dan bula kemudian pecah sehingga terjadi erosi yang luas.
Di samping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainan tersebut terjadi di seluruh tubuh. 2. Kelainan selaput lendir di orifisium, yang tersering adalah di selaput lendir mulut (100 persen) kemudian disusul oleh kelainan di lubang alat genital (50 persen), di lubang hidung dan anus jarang. Vesikel dan bula yang pecah menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Kelainan yang tampak di bibir adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dapat juga menyerang saluran pencernaan bagian atas (faring dan esofagus) dan saluran nafas atas. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita sukar/tidak dapat menelan dan juga sukar bernafas. 3. Kelainan mata, kelainan mata merupakan 80 persen diantara semua kasus, yang tersering adalah konjungtivitis kataralis (radang konjungtiva). Dan yang terparah menyebabkan kebutaan. Disamping kelainan tersebut terdapat juga kelainan lain seperti radang ginjal, dan kelainan pada kuku.
Penderita yang mengalami SJS ini bisa mengalami komplikasi berupa kelainan pada paru yaitu bronkopneumonia. Komplikasi lain yaitu kehilangan cairan dan darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Dapat pula terjadi kebutaan.
Tips Mencegah Terkena Penyakit SJS
Meski jarang terjadi, tidak menutup kemungkinan setiap individu berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan terkena penyakit SJS ini. Karena dari sebagian besar kasus yang menjadi pemicu penyakit SJS ini adalah alergi obat maka dalam praktik sehari-hari sebaiknya dokter dan pasien saling mengingatkan apakah ada alergi terhadap obat-obatan tertentu bila akan diberikan obat- obatan.
Pertanyaan singkat dari seorang dokter tentang apakah si pasien alergi terhadap sesuatu sangat penting untuk diperhatikan karena hal ini sangat menentukan obat-obatan yang bakal diberikan untuk mengurangi sakit pasien. Misalnya, bila pasien alergi dengan antalgin, maka dokter pasti tidak akan memberikan obat yang mengandung antalgin.
Jika pasien tidak mengetahui jenis obatnya, minimal memberitahukan ke dokter penyakit yang pernah diderita dan juga gejala yang pernah dirasakan setelah minum obat tertentu. Pasien jangan ragu mengatakan kepada dokter jika memang mengalami banyak alergi, misalnya, sering bersin karena debu, suka gatal-gatal jika makan makanan tertentu. Hal ini sangat membantu dokter untuk berhati-hati memberikan obat terlebih lagi jika pasien menyadari adanya alergi dengan obat tertentu.
Yang sulit adalah kalau pasien tidak pernah tahu ada riwayat alergi sebelumnya sehingga dokter sulit memprediksikan kemungkinan reaksi alergi. Reaksi seperti ini bisa saja terjadi. Biasanya dokter akan berhati-hati dengan melakukan tes kulit sebelum memberikan obat terutama suntikan antibiotika. Namun, cara ini juga masih mempunyai keterbatasan karena tidak semua obat bisa dilakukan tes kulit mengingat berat molekul obat tersebut.
Tes kulit yang negatif tidak berarti bahwa pasien pasti 100 persen tidak akan alergi terhadap obat tersebut, karena tes dilakukan dalam waktu singkat. Saat dilakukan tes kulit tidak ada gatal, tidak ada bentol sama sekali ataupun kemerahan, tetapi ketika obat tersebut disuntikkan bisa saja masih timbul reaksi. Tes kulit positif menunjukkan pasien ini alergi sehingga dokter tidak akan memberikan obat tersebut karena ada kemungkinan besar akan timbul reaksi alergi.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai ada tidaknya alergi adalah dengan melakukan challenge test, artinya orang tersebut diberikan obat dahulu untuk mengetahui alergi atau tidak. Apabila timbul reaksi, berarti pasien tersebut mengalami alergi. Masalah kembali muncul ketika challenge test itu ternyata langsung menimbulkan reaksi yang berlebihan dan fatal. Dalam hal ini tes seperti itu tidak bisa dilakukan.
Pada dasarnya SJS tidak hanya terjadi karena obat suntikan. Namun, bisa juga timbul karena obat yang diminum. Kasus demikian banyak terjadi dan cukup menyulitkan dokter dalam mengobati. Satu kata kunci yang perlu diingat adalah: SJS ini bisa disembuhkan bila pasien cepat datang mencari pertolongan dan reaksi yang timbul tidak berat. Tingkat kematian juga tidak tergolong tinggi mencapai 3 persen- 15 persen, tetapi jika sudah terkena SJS bisa berpotensi mematikan. Untuk itu kenali dan waspada selalu agar anda tidak sampai terkena penyakit Steven-Johnson Syndrom.***
Reference: web analisadaily.com
ONLINE&OFFLINE SHOP
BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE
SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com
Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com
http://indahmoney.blogspot.com
http://indaherbal.blogspot.com
http://indahcareer.blogspot.com