Si Kecil Boleh, Kok, Ikut Olahraga Beladiri

19:51 Posted In , , , , , , , , , , , , , Edit This
Tak usah cemas ia bakal cedera atau jadi sok jagoan. Justru dari sini ia belajar disiplin dan patuh. Perkembangan motoriknya pun makin baik.

Mendengar kata "beladiri", boleh jadi yang terbayang di benak kita adalah kekerasan yang melibatkan adu fisik. Tak heran jika banyak orang tua "alergi" terhadap cabang olahraga yang satu ini. Jangankan untuk si kecil yang balita, anaknya yang sudah besar pun kalau bisa akan dicegah agar jangan sampai masuk klub beladiri.

Namun apa yang terjadi di luar? Belakangan ini malah marak berdiri klub beladiri khusus balita. Bahkan, taman bermain dan preschool pun banyak yang memasukkan beladiri sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Nah, bila di "sekolah" si kecil ada kegiatan tersebut, bukan tak mungkin ia akan ngotot ikut. Sementara kita khawatir si kecil bakal cedera atau malah kelak jadi tukang berantem.

MENONJOLKAN OLAHRAGA

Memang, beladiri termasuk jenis olahraga combattive sport. Artinya, olahraga pertarungan yang melibatkan full body contact. Olahraga ini melibatkan kontak fisik dengan orang lain yang dipandang menimbulkan ancaman, lalu menyerang. Olahraga beladiri banyak jenisnya, kebanyakan berasal dari Asia Timur, yaitu Jepang dan Korea. Ada pula yang berasal dari Indonesia asli seperti pencak silat.

Namun di balik tonjokan dan tendangannya, beladiri juga mengandung disiplin, patuh, dan menonjolkan sifat kependekaran yang mengutamakan moral. "Jadi, beladiri bukan menyerang tapi mempertahankan diri, bukan sengaja memamerkan kepandaian menendang dan meninju," kata Drs. Andre Tuwaidan, pelatih beladiri taekwondo untuk balita. Lagi pula, tambahnya, beladiri untuk balita yang ditekankan lebih pada unsur olahraganya, bukan beladirinya.

"Teknik menendang, lompatan, dan tonjokan yang diajarkan pada balita juga sangat berbeda dengan orang dewasa." Pada anak balita, tendangan dan tonjokan tak memperhatikan intensitas dan kekuatan, tapi lebih melihat posisi tubuhnya apakah sudah benar atau tidak. "Ini bisa membantu anak mempunyai postur tubuh yang baik, yang pada akhirnya akan membuat anak mempunyai self-confidence yang tinggi."

Selain itu, pada setiap dozjang (perkumpulan olahraga beladiri taekwondo), segi moral dan disiplin juga diajarkan. Dari menunggu giliran menendang, misal, anak belajar untuk sabar dan disiplin. Pendeknya, tegas Andre, sambil diajarkan gerakan-gerakan beladiri, anak juga dilatih untuk patuh mengikuti semua petunjuk dan sabar.

UNSUR BERMAIN DAN ASPEK SOSIALISASI

Psikolog Monty P. Satiadarma, MS/AT,MCP/MFCC,PSI setuju jika beladiri pada balita diarahkan untuk kesehatan, bukan unsur combatting-nya yang ditonjolkan.

Apalagi olahraga amat bermanfaat buat perkembangan motorik anak. Latihan tendangan, misal, bisa memperkuat otot tungkai. Bukankah si kecil di usianya ini amat suka menendang-nendang dan melompat seperti yang dilakukan tokoh-tokoh idolanya di film-film? "Nah, dengan ikut latihan beladiri, anak belajar teknik menendang dan melompat yang benar, hingga kemungkinan ia cedera akibat meniru gerakan-gerakan si tokoh dapat diminimalisir," bilang Andre.

Namun dalam mengajarkannya, Monty menyarankan agar pelatih beladiri juga memperbanyak unsur bermain dan mengembangkan aspek sosialisasi anak. "Dunia anak adalah dunia bermain. Kegiatan apa pun yang kita berikan kepadanya, sebaiknya tak meninggalkan pola bermain. Anak-anak berkumpul bersama teman sebaya lainnya dan harus having fun dengan kegiatannya," jelas dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini kala ditemui pada kesempatan berbeda.

Monty juga menyarankan agar pengajaran yang diberikan pertama adalah kesehatan dan kebugaran. "Anak diberi latihan-latihan yang bisa membantu pertumbuhan psikomotorik dan menunjang kesehatannya." Setelah itu barulah moral sedikit demi sedikit diajarkan melalui penanaman disiplin. "Sifat kependekaran pelan-pelan ditumbuhkan seperti tak menyerang lebih dulu, berani mengakui kelemahan, dan sifat-sifat kependekaran lain yang menjunjung moral dan disiplin."

LAWAN TANDINGNYA BUKAN TEMAN

Hanya, Monty tak setuju bila dalam pengajaran itu, anak dikenalkan pada konsep musuh. "Siapa itu musuh dan wujudnya kayak apa, masih terlalu dini untuk dikenalkan pada anak balita." Lagi pula, di usia prasekolah, aspek utamanya adalah to grow, berkembang."Nah, tumbuh saja dia belum, kok, sudah disuruh bertahan, defending yourself. Sementara untuk membuat dia tumbuh, kan, harus ada rangsangan dari luar." Itu sebab, psikolog atlet di Komisi Olahraga Nasional Indonesia (KONI) ini lebih setuju jika beladiri hanya untuk olahraga dan pembentukan disiplin, bukan menekankan pada self defense-nya.

Untunglah, para pelatih beladiri untuk balita ini pun menyadari hal tersebut. "Di kelas balita, konsep musuh memang belum diajarkan. Yang ada hanya menendang boneka buaya besar yang kita sebut Crocodile Attack," tutur Andre. Dengan pemahaman bahwa konsentrasi dan kombinasi lompatan yang bagus akan menghasilkan keberhasilan "menyelamatkan" diri dari suatu "serangan" yang membahayakan. "Di klub-klub yang baik, anak tak akan dihadapkan dengan temannya sebagai lawan tanding, meski hanya untuk latihan sekalipun."

Monty setuju. "Kalau sudah menggunakan teman sebagai lawan tanding, berarti sudah mengarah pada unsur combatting daripada olahraganya," tegasnya, Lagi pula, bila anak sudah diajarkan bertarung melawan teman pada usia yang masih dini, maka secara tak sadar akan terbentuk konsep predator pada dirinya, yaitu mahluk yang suka menaklukkan temannya sendiri. "Anak-anak, kan, bukan predator, tapi human being. Jadi, bila kita ingin anak-anak punya sikap human being, manusiakanlah anak-anak dari segi moralnya, bukan malah diajarkan melawan sesama human being."

Andre pun sependapat. "Namanya saja olahraga beladiri, self defense, bukan attacking others. Sifat kesatria beladiri itu, kan, dia melawan kalau diserang, bukan menyerang lebih dulu untuk menunjukkan kejagoannya. Bahkan sedapat mungkin menghindari perkelahian."

BELAJAR WASPADA

Tentunya, dengan belajar beladiri, anak juga mengembangkan sense of awareness. Dia jadi punya sikap waspada terhadap lingkungan sekitar yang bisa mengancam. Mengacu pada literatur psikologi perilaku anak dari Jerry Wykoff, Barbara C. Unell dan Dorothy Law Nolte, anak-anak usia 4 tahun ke atas perlu diajarkan mengenal dan mempunyai ketrampilan sendiri untuk menghadapi bahaya yang disebut knowledge of sense of awareness. Meski kita tak mengharapkan si kecil menghadapi keadaan bahaya, tapi penanaman sikap waspada bisa membantunya merasakan hal-hal yang perlu diwaspadai atau mengundang bahaya.

Nah, pada olahraga beladiri, khususnya taekwondo, bilang Andre, sense of awareness diajarkan lewat metode Crocodile Attack tadi. Ada "buaya" yang mengancam dan harus dilawan. "Karena konsep musuh belum dikenal di usia prasekolah, maka situasi bahaya itu digambarkan lewat buaya sebagai perumpamaan bad guy yang harus dilawan," terangnya.

Namun, Monty mengingatkan, jangan sampai salah mengajarkan analisa bahaya pada anak. "Kalau sampai salah, hati-hati, anak bisa berkembang jadi paranoid, memandang setiap orang dengan curiga." Jadi, tegasnya, pola pengajaran sense of awareness harus hati-hati betul agar tak berlebihan dan menjadikan anak paranoid. "Ancaman dalam kehidupan memang besar, tapi anak jangan ditakuti-takuti. Sikap waspada harus dikembangkan secara bijak. Beladiri bisa menjadi suatu bagian untuk menghadapi tantangan di dalam hidup, tapi kapan ilmunya harus dikeluarkan, harus secara bijak diajarkan. Ingat, pada usia balita, keselamatan anak menjadi tanggungan orang tua sepenuhnya." Artinya, sikap waspada bisa diajarkan, tapi keselamatan anak tetap menjadi tanggung jawab orang tua.

KENALKAN OLAHRAGA LAIN

Nah Bu-Pak, gimana? Sekarang tak khawatir lagi, kan, bila si kecil ikut beladiri? Saran Monty, cari klub yang arahnya lebih pada pembentukan kesehatan dan bermanfaat bagi perkembangan psikomotorik anak. "Cari klub yang tulisannya Klub Olahraga Beladiri Balita, bukan Klub Beladiri Balita. Ini menunjukkan klub itu memberi tekanan pada olahraganya, bukan beladirinya." Selain itu, pelatihnya juga harus tahu perkembangan fisik dan psikologi anak, maupun sturuktur pertumbuhan anak.

Namun, hendaknya kita jangan hanya terpaku pada olahraga beladiri semata. "Boleh-boleh saja memasukkan anak ke klub tapi tak perlu tiap hari. Diselang-selinglah dengan jenis olahraga lain seperti berenang atau jalan kaki," kata Monty. Tujuannya, agar si kecil juga mengenal beragam jenis olahraga.


Yang Harus Diperhatikan

* Pilih jenis olahraga beladiri yang tak menggunakan alat tapi lebih mengandalkan gerakan seperti lompatan dan tendangan. Misal, taekwondo atau olahraga beladiri modern lainnya.

* Anak dengan postur tubuh apa pun dapat mengikuti olahraga beladiri. Namun bila si kecil punya penyakit tertentu semisal asma atau jantung, beritahu instrukturnya agar porsi latihan atau gerakan-gerakannya tak membahayakan si kecil.

* Klub olahraga beladiri balita yang baik, yaitu:

- Membolehkan anak ikut di kelas untuk beberapa waktu tanpa bergabung sebagai anggota lebih dulu. Setelah anak betul-betul berminat, barulah didaftarkan ke klub tersebut. Jadi, bila si kecil tak berminat, kita tak boleh memaksakannya.

- Instrukturnya memiliki sertifikat dan punya pengetahuan khusus mengenai psikologi maupun pertumbuhan fisik anak. Terutama pengetahuan tentang pertumbuhan fisik anak amat penting, agar instruktur dapat mengetahui intensitas dan kekuatan tendangan serta lompatan pada anak, hingga tak mencederai tungkai maupun otot-otot kaki anak yang sedang tumbuh.

- Dilengkapi P3K dan instrukturnya memiliki pengetahuan tentang keadaan darurat seperti anak terjatuh.

- Tak menggunakan sistem hukuman. Anak memang harus disiplin dan patuh mengikuti instruksi, tapi bila anak melakukan kesalahan tak ada punishment apa pun yang diterapkan.

- Tak mengenal kenaikan tingkat untuk menghindari kecemburuan yang kerap terjadi pada anak-anak balita.

* Untuk menghindari kemungkinan si kecil cedera saat mempraktekkan teknik tendangan/lompatan di rumah, sebaiknya orang tua hadir selama anak latihan. Dengan begitu, orang tua bisa melihat teknik yang benar yang diajarkan dan membetulkannya kala anak mempraktekkannya di rumah.

Sangat Bermanfaat Buat Si Upik

Tak usah takut si Upik bakal jadi tomboi ataupun perempuan sok jagoan. Malah, bila si Upik amat berminat dengan olahraga ini, bisa diteruskan hingga usia sekolah. Lagi pula, dengan si Upik punya keterampilan beladiri, "kelak sangat bermanfaat untuk menghindari dari gangguan harashment dunia pria yang seringkali ingin mendominasi wanita," kata Paul Mc. Callum dalam bukunya, The Parent's Guide to Teaching Self-Defense.

Sumber : website tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Si-Kecil-Boleh-Kok-Ikut-Olahraga-Beladiri


INDAH FASHION

, http://indahfashion.blogspot.com
e-mail : sweetye_indah@yahoo.com
Vespa clasic.
Maluku Sea Pearl Jewelry,

http://indahmoney.blogspot.com

Only For Vespa Classic &fast ,complete document Quick Response YM, cs_butikbranded@yahoo.com

Author Book Bunda Tahan Banting Tips Jadi Ibu Rumah Tangga Penting & jago berbisnis.

http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com
Info herbal medicine , http://indaherbal.blogspot.com
http://indahcareer.blogspot.com

Fan FB, IndahFashion

http://www.facebook.com/pages/IndahFashion/197840196897307
https://twitter.com/Indahfashion


Kok, Rambut si Kecil Tipis?

02:28 Posted In , , , , , , , , Edit This

Kok, Rambut si Kecil Tipis? (1)

Foto: Dok. NOVA

Tak perlu khawatir jika rambut anak tipis. Selama ia sehat, tak ada masalah. Apalagi pada bayi, yang tumbuh adalah rambut sementara, bukan rambut permanen.

Banyak mitos yang masih dipercaya tentang perawatan rambut bayi dan anak. Misalnya, rambut digunduli agar nantinya tumbuh lebat. "Hal itu tidak benar. Memang, sehabis dicukur, rambut yang tumbuh akan terlihat tebal," ujar dr. Titi Lestari Sugito, Sp.KK dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM.
Menggunduli rambut bayi, kata Titi, sebetulnya hanya tradisi. Dari segi medis, tidak ada hubungannya mencukur rambut dengan rambut tebal. Rambut bayi sangat tergantung faktor genetik. "Kalau memang dari sononya jenis rambutnya tipis, mau dicukur berapa kali pun, keluarnya akan tetap tipis juga," kata Titi. Selain tebal-tipis rambut, warna rambut pun sudah ditentukan secara genetik.

Folikel (selubung akar rambut) terbentuk sejak anak berada dalam kandungan dan terus berkembang hingga lahir. Rambut bayi baru lahir adalah rambut sementara atau velus. "Rambut velus biasanya sangat halus dan lebih tipis dari rambut tetap," terang Titi. Rambut sementara ini akan rontok dengan sendirinya sebelum anak berusia setahun, kemudian berganti dengan rambut tetap (permanen).

Pada minggu pertama kelahiran, kadang bayi mengalami kebotakan. "Enggak apa-apa. Ini biasa terjadi di daerah yang biasa tertekan. Misalnya, karena terlalu lama tidur telentang atau karena gesekan dengan bantal." Tekanan dan gesekan akan memudahkan velus rontok, sehingga timbul kebotakan. Setelah setahun, velus biasanya rontok seluruhnya dan berganti rambut permanen.

Jadi, rambut pada bayi dan anak adalah akumulasi dari faktor genetik ditambah faktor-faktor luar yang mempengaruhi. Faktor genetik tak sebatas ayah-ibu tapi juga bisa dari kakek-nenek.

FAKTOR LUAR
Selain faktor genetik, faktor gizi juga berperan. Anak kurang gizi, misalnya, tekstur rambutnya pasti akan terpengaruh. "Warna rambut jadi merah, lebih kering, lebih mudah patah, tipis, mudah rontok," jelas Titi.

Selain itu, dipengaruhi pula oleh hormon. Salah satunya hormon androgen. "Sering ada bayi yang rambutnya sangat lebat saat lahir. Bisa saja itu karena pengaruh hormon androgen ibunya. Soalnya, dia belum bisa memproduksi hormon androgen." Setelah lahir, lanjut Titi, lama-lama efek androgen yang terbawa dari ibunya hilang. "Rambut si kecil pun rontok, berganti dengan rambut aslinya yang mungkin lebih tipis."

Faktor lingkungan juga sangat berperan. Banyak kena sinar matahari atau polusi, juga akan mempengaruhi tekstur rambut. Begitu pula penyakit, semisal seboroik (ketombe), yang sering terjadi pada bayi atau anak. "Ini juga ikut mempengaruhi."

Setelah fase rambut tetap, faktor-faktor tadi bisa mempengaruhi tekstur rambut anak. "Pada rambut, sifat aslinya ditentukan oleh gen, tetapi dipengaruhi faktor luar pula." Jangan lupa, perawatan juga ikut mempengaruhi tekstur rambut.

Meski rambut anak sudah permanen, menurut Titi, orangtua tak usah bingung bila menjumpai rambut rontok. "Itu lumrah. Siklus kehidupan rambut memang begitu," ujarnya. Kerontokan masih dianggap normal asalkan tak lebih dari 100 helai per harinya, sementara kecepatan tumbuh rambut sekitar 0,3 mm per hari.

Yang jelas, selama anak sehat, pertumbuhan rambut akan sesuai dengan faktor genetik. "Cuma, faktor-faktor lain di luar faktor genetik juga bisa mempengaruhi tekstur rambut."

SOAL SELEDRI & KEMIRI
Meski sebagian besar mitos tentang rambut tak bisa dijelaskan secara medis, ada beberapa di antaranya yang masuk di akal. Misalnya, agar rambut tebal, harus diolesi minyak kemiri. Ada juga yang menyarankan pemakaian seledri atau air kelapa muda.

Menurut dr. Titi Lestari Sugito, Sp.KK dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM., secara empiris atau berdasar pengalaman, mungkin mitos tadi ada benarnya. "Kemiri, kan, mengandung minyak. Nah, minyak bisa digunakan untuk mengatasi rambut yang kering atau kurang subur. Tapi dari segi farmakologis belum pernah diteliti, apa isi, kandungan, dan dampak kemiri."

Yang jelas, lanjutnya, selama tidak menimbulkan efek samping, mencoba cara-cara tadi tentu boleh-boleh saja. "Cuma terkadang bahan alami seperti itu mengandung zat yang tak kita ketahui yang bisa mengiritasi kulit kepala bayi. Padahal, kulit bayi lebih rentan dan mudah teriritasi oleh bahan-bahan dari luar. Ini yang harus hati-hati."

RAGAM GANGGUAN
Berikut sejumlah gangguan pada rambut anak.
1. Gangguan akibat infeksi.
Misalnya infeksi jamur. Ini yang paling sering pada bayi dan anak, karena di kulit kepala banyak kelenjar lemak yang disukai jamur. Pengobatannya bisa dengan obat antijamur.

2. Kerak kepala atau seboroik.
Sering menyerang bayi, diduga akibat pengaruh hormon androgen dari ibunya, sehingga kelenjar lemak aktif. Kelenjar lemak kulit (sebum) keluar dari tempat yang sama dengan keluarnya rambut. Jika kelenjar lemak sangat aktif, akan mengeluarkan lemak lebih banyak. Nah, lemak inilah yang akan menimbulkan lapisan yang menumbuhkan kerak.

Kerak kepala bersifat sementara. "Bila hormon androgen habis, kerak akan hilang dengan sendirinya." Namun, karena seringkali kerak kepala disertai rasa gatal, tentu tak perlu menunggu sampai hormon habis. "Meski tidak membahayakan, kerak ini mengganggu kenyamanan dan dapat mengganggu pertumbuhan rambut secara sehat."

Orang tua bisa menghilangkannya dengan semacam minyak dan bahan-bahan antiseboroik yang membantu mempercepat pengelupasan. Biarkan semalaman agar kerak menjadi lunak. Esok harinya, cuci rambut dengan air hangat hingga bersih.

3. Infeksi bakteri.
Misalnya terjadi bisul-bisul di kepala. Untuk mengatasinya, bisa diberi antibiotik. Kalau hanya di kulit, memang tidak membahayakan. Dengan menjaga kebersihan, akan hilang dengan sendirinya. Kecuali jika imunitas dan gizi sang bayi buruk, infeksi bisa meluas. Tapi ini jarang terjadi.

4. Penyakit genetik.
Beberapa penyakit genetik akan membuat rambut tidak bisa tumbuh lagi. Tapi hal ini biasanya disertai kelainan pada kelenjar keringat, sehingga anak tidak bisa mengeluarkan keringat. Bisa juga penyakit genetik akibat faktor autoimun. "Badannya menghasilkan antibodi terhadap akar rambut, sehingga rambut jadi rusak. Akibatnya, rambut tak bisa tumbuh. Penyakit genetik ini bisa membuat rambut rontok di seluruh kepala bahkan ada yang sampai alis dan bulu mata.

Jika ini yang terjadi, segera bawa ke dokter.

Hasto Prianggoro

Reference : web tabloid Nova

INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com

http://indaherbal.blogspot.com

http://indahcareer.blogspot.com

Menyetir Selagi Hamil, Boleh, Kok!

02:00 Posted In , , Edit This
Menyetir Selagi Hamil, Boleh, Kok!
Sabtu, 20 September 2008 | 14:55 WIB

Banyak wanita sekarang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri kala bepergian. Alasannya, lebih mudah untuk aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus bergantung pada orang lain yang membawanya. Dilema timbul saat si wanita hamil. Di lain pihak, dalam kondisi hamil, timbul kekhawatiran untuk berada di belakang setir. Lagi pula jika perut makin membuncit, sabuk pengaman tak lagi cukup dilingkarkan.

Namun demikian, tak perlu terlalu khawatir, kok, Bu. Menurut dr. Hasnah Siregar, Sp.OG, menyetir mobil selagi hamil boleh-boleh saja. Tentunya tak sebebas mereka yang tidak hamil. "Wanita hamil mengalami perubahan fisik dan psikologis. Nah, ini menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri," ujar Hasnah. Contoh, ketika hamil, wanita mengalami pembesaran rahim yang membuat perut jadi gendut. Otomatis jarak dinding perut dengan kemudi jadi makin dekat.

"Ini yang patut diperhitungkan, karena bila terjadi pengereman mendadak atau tabrakan, bisa terjadi benturan. Benturan ini dapat menyebabkan trauma pada dinding perut atau rahim. Bisa terjadi perdarahan atau ketuban pecah dini," jelas ahli kebidanan dan kandungan dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini.

Jadi, tandasnya, ada baiknya jika sedang hamil si ibu tak mengemudi sendiri. Meski, ini juga bukan harga mati. Artinya, boleh saja wanita tetap memilih mengemudi sendiri, asalkan kesehatan dan kehamilan calon ibu benar-benar dalam kondisi baik. Mengingat setiap wanita hamil punya kondisi yang berbeda-beda. "Tapi memang sebaiknya sebelum menyetir, konsultasikan dulu ke dokter kandungan dan patuhi hal-hal yang dilarang ataupun yang disarankan," kata Hasnah lagi.

YANG DILARANG
Meski demikian, ada beberapa kondisi kehamilan yang membuat seorang ibu benar-benar tak dianjurkan untuk menyetir. Kondisi itu, salah satunya bila kehamilan si ibu termasuk berisiko tinggi. Misal, sering keguguran, ari-arinya ada di bawah, punya penyakit darah tinggi, diabetes atau ginjal, dan semua penyakit yang bersifat patologis. "Dari minggu-minggu pertama pun kalau si ibu memiliki kondisi demikian harusnya tidak menyetir lagi," bilang Hasnah.

Bagaimanapun, lanjutnya, pada ibu-ibu yang memiliki penyakit di atas, umumnya kondisinya cepat lelah. Tentunya sangat membahayakan jika ia harus menyetir sendiri. Sedangkan pada ibu hamil yang ari-arinya di bawah, maka sedikit benturan saja dikhawatirkan akan membuat trauma pada plasentanya.

Sementara pada ibu yang kondisinya memungkinkan, artinya dokter kandungannya membolehkan untuk menyetir, Hasnah juga menganjurkan untuk tidak menyetir pada usia kehamilan terlalu muda atau terlalu tua. "Waktu yang aman, biasanya pada usia kehamilan 18-24 minggu. Kalau pada awal kehamilan, janin masih fragile, sangat sensitif terhadap guncangan." Ini berarti, lebih baik ibu jadi penumpang saja, itu pun harus meminta pada sopir untuk berjalan pelan-pelan dan menghindari jalan yang jelek serta berlubang.

Sedangkan pada usia kehamilan tujuh bulan, sama sekali tak disarankan untuk mengemudi. "Karena perut dan setir sudah mepet. Lagi pula, safety belt biasanya sudah tak muat lagi. Padahal, safety belt amat esensial untuk dikenakan, apalagi di waktu hamil," jelas Hasnah. Selain itu, karena kondisi perut dan setir yang sudah mepet, sedikit benturan saja dapat menyebabkan trauma pada plasenta dan janin.

Yang perlu disadari pula, mengemudi dalam keadaan hamil bukanlah hal mudah dan menyenangkan, karena dilakukan dalam keadaan "tidak biasa".Santi Hartono

reference :web.kompas.com


INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com

http://indaherbal.blogspot.com



Custom Search

PUT INDAH FASHION BANNER

FEED BURNER

growurl

GrowUrl.com - growing your website