Kanker adalah jenis penyakit yang paling ditakuti, terutama untuk para wanita yakni kanker mulut rahim atau lebih dikenal dengan kanker serviks. Kanker serviks diawali dengan infeksi HPV (Human Papilloma Virus) lalu berkembang menjadi prakanker dan selanjutnya menjadi kanker. Untuk perkembangannya bisa memakan waktu 3 sampai 20 tahun. Tidak heran kalau penderita tidak merasakan gejala apa pun sebelumnya tetapi tiba-tiba dokter memvonis kanker. WHO mencatat tidak kurang dari 3000 orang di dunia meninggal karena kanker serviks dan Indonesia tercatat sebagai negara kedua tertinggi setelah Cina. Maka dari itu Bunda perlu mewaspadai penyakit mematikan ini dengan mencegah timbulnya infeksi HPV. Macam-macam upaya pencegahan bisa dilakukan, seperti : • Vaksin Kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang sudah diketahui penyebabnya dan bisa dicegah salah satunya dengan vaksin. Jangan lupa setelah vaksin Bunda juga harus tetap melakukan tes rutin lainnya. • Pap Smear Pap smear adalah tes lendir serviks untuk mengetahui ada atau tidaknya sel kanker pada mulut rahim. Kebanyakan pasien datang ke dokter setelah menderita kanker serviks stadium lanjut, maka dari itu lakukanlah tes pap smear setahun sekali secara rutin. • Ganti celana dalam atau pembalut yang sudah terasa lembab, jangan menunda-nunda karena jamur bisa tumbuh dan akhirnya menyebabkan infeksi. • Hindari rokok karena resiko kanker serviks lebih tinggi pada perokok aktif • Tidak melakukan seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Resiko terjangkit infeksi tentunya jauh lebih besar daripada mereka yang hanya berhubungan dengan pasangan tetap. • Cukupi kebutuhan gizi sehari-hari sebagai upaya menghalau virus tumbuh dalam tubuh. Vitamin A, C E dan asam folat dan sayuran hijau sangat dianjurkan. Tips : Cari info sebanyak-banyaknya mengenai vaksin kanker rahim. Harga vaksin sekali suntik berkisar Rp. 800 ribu – 1 juta rupiah. Sebagai info tambahan vaksin ini bisa diberikan pada usia 9-55 tahun sehingga putri Bunda yang menjelang remaja pun bisa mendapatkannya.
PENYAKIT Stevens Johnson Syndrome (SJS) akhir-akhir ini sering diberitakan di media massa.
Penyakit ini adalah penyakit yang mengakibatkan kulit terbakar hebat yang biasanya disebabkan karena efek dari hipersensitivitas terhadap obat tertentu.
Meskipun nama penyakit ini sudah lama dikenal di kalangan medis, namun karena penderitanya jarang sehingga kurang diketahui masyarakat. SJS bisa terjadi karena adanya kompleks imun di dalam tubuh. Ketika terjadi ikatan antara antigen dan antibodi yang disebut sebagai kompleks imun, kompleks imun tersebut menimbulkan reaksi pada tempat dimana dia mengendap sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. SJS ini secara khusus melibatkan kulit dan membran mukosa atau selaput lendir organ tertentu.
Di kalangan medis nama penyakit ini dikenal juga dengan sebutan Ektodermosis erosiva pluriorifisialis, eritema multiformis tipe Hebra, eritema bulosa maligna, sindrom mukokutaneaokular, serta minor form of TEN (toxic epidermal necrolysis).
Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui. Namun dari berbagai kasus yang terjadi salah satu penyebabnya adalah alergi obat, biasanya obat yang diberikan secara sistemik (langsung melalui aliran darah/disuntik). Jenis-jenis obat pencetus SJS lainnya diantaranya adalah beberapa jenis antibiotika, antipiretik/analgetik dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit, neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan. Untuk kasus yang belum diketahui penyebabnya ada 25-50% kasus. Penyakit SJS ini kebanyakan timbul pada anak-anak dan laki-laki muda. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 2:1. Namun jarang dijumpai pada anak usia 3 tahun ke bawah.
Gejala dan Tanda
Gejala penyakit SJS ini sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat. Pada yang berat penderita dapat mengalami koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala berupa demam tinggi 39-40°C, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorok.
Dengan segera gejala tersebut dapat menjadi berat. Stomatitis (radang mulut) merupakan gejala awal dan paling mudah terlihat Pada sindrom ini terlihat adanya 3 gejala kelainan berupa: 1. Kelainan kulit, kelainan kulit terdiri atas eritema (kemerahan pada kulit), vesikel (gelembung berisi cairan) dan bula (seperti vesikel namun ukurannya lebih besar). Vesikel dan bula kemudian pecah sehingga terjadi erosi yang luas.
Di samping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainan tersebut terjadi di seluruh tubuh. 2. Kelainan selaput lendir di orifisium, yang tersering adalah di selaput lendir mulut (100 persen) kemudian disusul oleh kelainan di lubang alat genital (50 persen), di lubang hidung dan anus jarang. Vesikel dan bula yang pecah menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Kelainan yang tampak di bibir adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dapat juga menyerang saluran pencernaan bagian atas (faring dan esofagus) dan saluran nafas atas. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita sukar/tidak dapat menelan dan juga sukar bernafas. 3. Kelainan mata, kelainan mata merupakan 80 persen diantara semua kasus, yang tersering adalah konjungtivitis kataralis (radang konjungtiva). Dan yang terparah menyebabkan kebutaan. Disamping kelainan tersebut terdapat juga kelainan lain seperti radang ginjal, dan kelainan pada kuku.
Penderita yang mengalami SJS ini bisa mengalami komplikasi berupa kelainan pada paru yaitu bronkopneumonia. Komplikasi lain yaitu kehilangan cairan dan darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Dapat pula terjadi kebutaan.
Tips Mencegah Terkena Penyakit SJS
Meski jarang terjadi, tidak menutup kemungkinan setiap individu berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan terkena penyakit SJS ini. Karena dari sebagian besar kasus yang menjadi pemicu penyakit SJS ini adalah alergi obat maka dalam praktik sehari-hari sebaiknya dokter dan pasien saling mengingatkan apakah ada alergi terhadap obat-obatan tertentu bila akan diberikan obat- obatan.
Pertanyaan singkat dari seorang dokter tentang apakah si pasien alergi terhadap sesuatu sangat penting untuk diperhatikan karena hal ini sangat menentukan obat-obatan yang bakal diberikan untuk mengurangi sakit pasien. Misalnya, bila pasien alergi dengan antalgin, maka dokter pasti tidak akan memberikan obat yang mengandung antalgin.
Jika pasien tidak mengetahui jenis obatnya, minimal memberitahukan ke dokter penyakit yang pernah diderita dan juga gejala yang pernah dirasakan setelah minum obat tertentu. Pasien jangan ragu mengatakan kepada dokter jika memang mengalami banyak alergi, misalnya, sering bersin karena debu, suka gatal-gatal jika makan makanan tertentu. Hal ini sangat membantu dokter untuk berhati-hati memberikan obat terlebih lagi jika pasien menyadari adanya alergi dengan obat tertentu.
Yang sulit adalah kalau pasien tidak pernah tahu ada riwayat alergi sebelumnya sehingga dokter sulit memprediksikan kemungkinan reaksi alergi. Reaksi seperti ini bisa saja terjadi. Biasanya dokter akan berhati-hati dengan melakukan tes kulit sebelum memberikan obat terutama suntikan antibiotika. Namun, cara ini juga masih mempunyai keterbatasan karena tidak semua obat bisa dilakukan tes kulit mengingat berat molekul obat tersebut.
Tes kulit yang negatif tidak berarti bahwa pasien pasti 100 persen tidak akan alergi terhadap obat tersebut, karena tes dilakukan dalam waktu singkat. Saat dilakukan tes kulit tidak ada gatal, tidak ada bentol sama sekali ataupun kemerahan, tetapi ketika obat tersebut disuntikkan bisa saja masih timbul reaksi. Tes kulit positif menunjukkan pasien ini alergi sehingga dokter tidak akan memberikan obat tersebut karena ada kemungkinan besar akan timbul reaksi alergi.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai ada tidaknya alergi adalah dengan melakukan challenge test, artinya orang tersebut diberikan obat dahulu untuk mengetahui alergi atau tidak. Apabila timbul reaksi, berarti pasien tersebut mengalami alergi. Masalah kembali muncul ketika challenge test itu ternyata langsung menimbulkan reaksi yang berlebihan dan fatal. Dalam hal ini tes seperti itu tidak bisa dilakukan.
Pada dasarnya SJS tidak hanya terjadi karena obat suntikan. Namun, bisa juga timbul karena obat yang diminum. Kasus demikian banyak terjadi dan cukup menyulitkan dokter dalam mengobati. Satu kata kunci yang perlu diingat adalah: SJS ini bisa disembuhkan bila pasien cepat datang mencari pertolongan dan reaksi yang timbul tidak berat. Tingkat kematian juga tidak tergolong tinggi mencapai 3 persen- 15 persen, tetapi jika sudah terkena SJS bisa berpotensi mematikan. Untuk itu kenali dan waspada selalu agar anda tidak sampai terkena penyakit Steven-Johnson Syndrom.***
ONLINE&OFFLINE SHOP SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,
BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE SHIPPING AROUND THE WORLD WEB , http://indahfashion.blogspot.com e-mail:sweetye_indah@yahoo.com
Kemarin-kemarin kita sering liat di tv atau baca di koran tentang pemberitaan terkait dugaan mal praktek yang dilakukan oleh seorang dokter yang mengakibatkan pasiennya mengalami kerusakan pada seluruh wajahnya yang diduga disebabkan karena alergi obat, yang diberikan salah seorang dokter kepada pasien tersebut. Pasti dah pada denger kan nama penyakitnya? Ya! Nama penyakitnya Sindrom Steven Johnson (SJS = Stevens Johnson Syndrome).
Seperti apakah penyakit itu?? Berikut uraiannya mengenai Sindrom Stevens Johnson!!
sumber foto: http://www.medscape.com
Apa itu Stevens Johnson Syndrome???
Menurut Webster’s New World Medical Dictionary, Sindrom Stevens Johnson didefinisikan sebagai Reaksi alergi sistemik (sistemik = menyerang keseluruhan tubuh) dengan karakteristik berupa rash atau kemerahan yang mengenai kulit dan selaput lendir, termasuk selaput lendir mulut. Menurut sumber lain, kelainannya dapat berupa kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh darah (eritema), gelembung pada kulit yang berisi cairan (vesikel/bula) dan dapat disertai dengan bercak-bercak perdarahan pada kulit/selaput lendir (purpura).
Penyakit ini sebenarnya jarang sekali terjadi, tercatat hanya sekitar 2-3% per juta populasi di Negara Eropa dan Amerika. Penyakit SJS bisa mengenai semua umur dari anak-anak sampai orangtua, laki-laki dan perempuan, walaupun dilaporkan banyak wanita yang cenderung terkena SJS dibandingkan dengan laki-laki seperti yang diungkap dalam website SJS. Namun, kecenderungan ini tidak menyebutkan diskriminasi rasial atau diskriminasi seksual.
Apa penyebab Sindrom Stevens Johnson??
Penyebab SJS dikategorikan dalam empat kelompok, yaitu:
1. Alergi obat, seperti antibiotika (golongan penisilin, sefalosforin, dan sulfa), obat-obatan anti nyeri, penenang, anti kejang, jamu
2. Infeksi, seperti virus, jamur, bakteri dan parasit
3. Keganasan seperti kanker karsinoma dan limfoma
4. Faktor idiopatik (belum diketahui penyebabnya) sekitar 25-50% kasus.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah musim/iklim dimana cuaca dingin lebih berpengaruh, dan juga lingkungan fisik seperti sinar x, hawa yang dingin dan ketersediaan sinar matahari. Hal ini terjadi karena reaksi hipersensitif dari sistem imun kita .
Untuk orang dewasa SJS biasanya disebabkan kanker dan obat-obatan sedangkan pada anak lebih banyak karena infeksi.
Apa Saja Gejala Klinisnya?
Gejala klinis yang timbul dapat bervariasi mulai dari ringan sampai berat. Pada gejala klinis yang berat penderita umumnya mengalami penurunan kesadaran sampai koma. Perjalanan penyakit ini biasanya akut (cepat) dengan gejala prodormal seperti demam tinggi, rasa lelah, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan, sering kali juga muntah-muntah dan diare. Gejala ini biasanya dapat dialami sampai dengan 2 minggu.
Gejala klinis yang khas yakni adanya Trias kelainan (3 kelainan) yaitu,
1. Kelainan Kulit
Kelainan pada kulit berupa : eritema, vesikel, bula bahkan purpura. Kelainan biasanya bersifat menyeluruh. Sifat dari eritema yakni berbentuk cincin (tengahnya lebih gelap) biasanya berwarna ungu.
2. Kelainan Selaput Lendir pada Orifisium
Kelainan selaput lendir yang paling sering adalah di mukosa (lapisan tipis) mulut (100%), kemudian di alat genital (kemaluan) (50%) sedangkan di lubang hidung atau anus jarang (8% dan 5%). Kelainan ini dapat berupa vesikel ataupun bula yang cepat sekali memecah sehingga terjadi erosi (kerusakan kulit yang dangkal) dan ekskoriasi (lecet/kerusakan kulit yang dalam) dan krusta yang hitam.
3. Kelainan pada Mata
Kelainan pada mata merupakan 80% di antara semua kasus. Dimana yang paling sering adalah konjungtivitis (radang pada konjungtiva)
Komplikasi dari penyakit Stevens Johnson Syndrome adalah bronkopneumonia (radang bronkus dan pneumonia) sekitar 16%. Komplikasi yang lain berupa kehilangan cairan ataupun darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan akibat adanya peradangan pada kornea atau selaput bening mata.
Bagaimana Pengobatannya?
Langkah pertama yaitu menjauhkan faktor penyebab. Bila yang dicurigai adalah obat, maka hentikan konsumsi obat tersebut.
Secara umum penanganannya yaitu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh penderita dengan pemberian cairan infus karena umumnya penderita mengalami dehidrasi. Jika penderita mengalami koma, maka
tindakan kedaruratan harus dilakukan yaitu dengan menjaga keseimbangan oksigen harus dipertahankan.
Pengobatan khusus berupa pengobatan sistemik yakni dengan pemberian obat golongan kortikosteroid dosis tinggi seperti obat prednisone, dan deksametason. Pengobatan topical (luar/untuk kulit) yakni untuk bula dan vesikel yang memecah diberi bedak salisil 2%, kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1%, kelainan pada mulut dikompres asam borat 3% dan konjungtivitis (radang konjungtiva) diberi salep mata yang mengandung kortikosteroid
ataupun antibiotic.
Dalam praktik sehari-hari sebaiknya dokter dan pasien saling mengingatkan apakah ada alergi terhadap obat-obatan tertentu bila akan diberikan obat- obatan. Selain itu dalam prinsip penggunaan obat, obat hanya digunakan jika nyata perlu. Obat harus digunakan secara rasional, hindari penggunaan obat yang tidak perlu. Obat yang diduga aman seperti vitamin sekalipun dapat menimbulkan alergi, bukan karena zat aktif vitaminnya, tetapi oleh zat tambahan dalam pembuatan obat misalnya zat pewarna.
Catatan: SJS dapat disembuhkan bila cepat mencari pertolongan pada layanan kesehatan terdekat dan reaksi yang ditimbulkan tidak berat.
ONLINE&OFFLINE SHOP SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,
BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE SHIPPING AROUND THE WORLD WEB , http://indahfashion.blogspot.com e-mail:sweetye_indah@yahoo.com