CACINGAN
03:19 Posted In BUKAN HAL RINGAN , CACINGAN , JENIS CACING , MENCEGAH CACINGAN Edit This
CACINGAN, BUKAN HAL RINGAN
Bisa memengaruhi kecerdasan anak lo!
Anak-anak termasuk rentan cacingan. Biasanya anak yang cacingan identik dengan badan kurus, perut buncit, wajah pucat dan sebagainya. Apa pun tanda-tandanya, yang jelas cacingan bisa memengaruhi kondisi gizi si anak. Kenapa? Karena zat-zat gizi "dimakan" cacing yang terus berkembang biak. Makin banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang diambil sehingga si kecil mengalami kondisi kurang gizi.
Penyakit cacingan juga berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan. Bisa juga terjadi radang paru, gangguan hati, bahkan penyumbatan usus karena cacing melubangi usus. Cacingan pun bisa menghambat tumbuh-kembang anak, kecacatan, bahkan kebutaan. Jadi, kita tak bisa anggap enteng cacingan.
PEMBERIAN OBAT BERKALA
Pada gejala ringan, obat cacing khusus anak bisa diberikan. Obat ini bisa diberikan pada anak usia 1 tahun ke atas. Obat ini bisa dibeli bebas di apotek alias tanpa resep dokter. Jangka waktu pemberian obat yaitu 6 bulan sekali. Tujuannya untuk memotong siklus kehidupan cacing tersebut saat ia mulai tumbuh dewasa. Meski begitu, sebenarnya pemberian obat cacing tidak harus selalu yaitu 6 bulan sekali. Bila ada indikasi, misalnya 3 bulan setelah minum obat masih ditemukan cacing pada feses, obat bisa diberikan lagi.
Nah, pada kasus cacingan yang berat, dokter perlu turun tangan karena gejala yang berat akan berakibat fatal. Di antaranya, jika si anak sudah lesu berlebihan, tidak ada nafsu makan, muntah, dan sebagainya, tentu akan mengakibatkan daya tahan tubuhnya semakin menurun.
MENCEGAH CACINGAN
Bagaimana cara agar anak terhindar dari penyakit cacingan?
* Biasakan untuk selalu hidup bersih, seperti cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan sabun. Kemudian potonglah kuku secara berkala agar tetap pendek dan bersih.
* Biasakan anak untuk selalu menggunakan sandal atau sepatu bila keluar rumah, terutama bila berjalan di tanah. Tanah, terutama yang lembap, merupakan tempat favorit cacing untuk berkembang biak.
* Jangan lupa memilih dan mengolah makanan dengan bersih. Misalnya, mencuci sayuran dengan air yang mengalir. Kemudian tidak membiarkan makanan dihinggapi lalat karena biasanya lalat mampu membawa telur-telur cacing.
* Bila ingin makan sayuran mentah (lalapan) atau buah-buahan, cucilah dengan air bersih yang mengalir.
* Biasakan anak untuk tidak jajan jenis makanan dan di tempat sembarangan.
MENGENAL JENIS CACING
Ada beberapa jenis cacing yang perlu diketahui:
* Cacing Gelang
Cacing jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan kelembapan tinggi, termasuk Indonesia. Jika sudah dewasa panjangnya bisa mencapai 10-30 cm. Cacing ini hidup hanya dalam tubuh manusia. Penularannya diawali dari feses penderita cacingan. Di tanah dia akan tumbuh dan berkembang selama 3 minggu untuk menjadi larva yang infektif. Larva ini dapat terbawa oleh lalat atau melekat di tangan sehabis memegang tanah. Kemudian melekat di makanan yang dikonsumsi si kecil. Selanjutnya, larva ini berdiam di usus. Lalu "menerobos" masuk ke pembuluh darah balik (vena) menuju jantung, berlanjut ke paru-paru. Dari paru-paru larva menuju tenggorokan, lalu ke lambung, berakhir di usus halus tempat di mana mayoritas makanan diserap. Di usus halus ini, larva akan berganti kulit, kemudian menjadi dewasa. Setelah 2 bulan menginfeksi, cacing betina akan bertelur sekitar 20.000 butir per hari. Jumlah yang sangat luar biasa!
Cacing berwarna kuning kecokelatan dan bergaris-garis halus ini dapat mengakibatkan mual, muntah dan diare. Anak pun mengalami penurunan nafsu makan. Bahkan cacing gelang yang sudah dewasa akan langsung mengambil makanan yang masuk hingga akhirnya si kecil mengalami kurang gizi. Cacing-cacing gelang yang makin banyak akan menggumpal membentuk seperti bola. Dampaknya, saluran pencernaan anak jadi tersumbat.
* Cacing Cambuk
Cacing ini juga banyak ditemukan di daerah tropis. Dia hidup di usus besar dan terkadang di usus buntu sehingga dapat menimbulkan peradangan. Di usia 1 bulan, cacing betina akan bertelur 3.000-10.000 butir per hari. Telur-telur ini tidak selamanya berkembang biak dalam usus karena kemungkinan terbawa keluar bersama feses. Setelah 3-4 minggu berada di tanah, dia akan menjadi larva. Jika termakan, larva ini akan pecah di usus halus dan keluar menuju usus besar sampai menjadi dewasa. Untuk mencari makanan, cacing dewasa membenamkan kepalanya di dinding usus besar.
Akibat terinfeksi penyakit ini anak akan mengalami nyeri perut, kembung, mual, dan muntah. Bila infeksi yang terjadi tergolong ringan, gejala yang muncul tak terlalu tampak. Akan tetapi bila kondisi infeksinya berat, cacing ini dapat menyebabkan diare dengan mukus (lendir kental dan licin), terjadi penonjolan di daerah anus (prolaps rektum) dan penurunan berat badan. Selanjutnya, bila hal ini tak ditangani, bisa terjadi perdarahan usus dan anemia.
* Cacing Tambang
Berkembang biak di seluruh dunia. Meski ukurannya hanya sekitar 1 cm, tapi dia bisa menghabiskan 0,03 cc darah per hari. Cacing ini menetas di luar tubuh manusia. Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit, seperti di sela jari kaki. Biasanya terjadi saat anak bermain di tanah tanpa alas kaki atau melalui tangan ketika dia memegang benda-benda yang mengandung larva.
Dari pori-pori, larva cacing ini masuk ke aliran darah, lalu ke jantung, paru-paru, dilanjutkan melalui tenggorokan sampai ke usus. Umumnya cacing ini akan tinggal di usus halus dan menjadi dewasa. Cacing betina akan bertelur dan telurnya akan keluar lagi bersama tinja. Di tanah, telur akan menetas dalam 2 hari. Kemudian dalam 3-5 hari menjadi larva yang bersifat infektif.
Lantaran mengisap darah, gejala yang timbul adalah anemia dan kekurangan zat besi. Namun gejala ini muncul bila sudah terjadi infeksi berat dan berlangsung cukup lama
* Cacing Kremi
Istilah awamnya kremian. Bentuknya kecil dan berwarna putih seperti kelapa parut. Jangan heran kalau ada mitos bahwa kremian disebabkan mengonsumsi kelapa parut. Padahal, sebenarnya tidak demikian. Telur cacing kremi masuk ke dalam tubuh melalui mulut karena makanan atau debu yang mengandung larva. Selanjutnya bersarang di usus besar. Ketika cacing ini beranjak dewasa, tempat hidupnya berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing kremi mengakibatkan gatal-gatal di sekitar anus. Gatal-gatal timbul karena saat itu cacing kremi betina yang sudah dewasa bermigrasi ke daerah sekitar anus untuk bertelur. Telur-telur inilah yang menimbulkan rasa gatal. Bila digaruk, telur akan pecah dan larva masuk ke anus. Bila setelah menggaruk kemudian anak memasukkan tangannya ke mulut, maka telur yang ada di kuku akan ikut tertelan. Meski tidak terlalu berbahaya dibandingkan cacing jenis lain, kremian sering membuat anak rewel, sukar tidur, malas makan, dan akhirnya kurus.
* Cacing Pita
Biasanya hidup di tubuh sapi atau babi. Orang yang sering mengonsumsi daging sapi atau babi yang masih mentah atau dimasak kurang matang berisiko terinfeksi cacing pita. Jika penderita buang air besar dan kotorannya yang mengandung telur cacing pita termakan oleh sapi atau babi, maka telur itu akan tumbuh menjadi kista pada otot/daging hewan tersebut. Jika dagingnya dimakan anak tanpa dimasak hingga matang, maka di dalam usus halusnya akan menetas larva yang kemudian menjadi cacing dewasa.
Bila terinfeksi cacing ini, umumnya gejala yang terlihat ringan saja, bahkan tanpa gejala. Biasanya berupa gangguan pencernaan, namun bisa juga terjadi gejala agak berat, seperti ayan/epilepsi atau munculnya benjolan kecil sebesar kacang hijau yang jumlahnya lebih dari satu di kulit.
Hilman Hilmansyah. Ilustrator Pugoeh
Konsultan ahli:
dr. Attila Dewanti, Sp.A.,
dari RSB Asih, Jakarta
Reference web tabloid nakita
Bisa memengaruhi kecerdasan anak lo!
Anak-anak termasuk rentan cacingan. Biasanya anak yang cacingan identik dengan badan kurus, perut buncit, wajah pucat dan sebagainya. Apa pun tanda-tandanya, yang jelas cacingan bisa memengaruhi kondisi gizi si anak. Kenapa? Karena zat-zat gizi "dimakan" cacing yang terus berkembang biak. Makin banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang diambil sehingga si kecil mengalami kondisi kurang gizi.
Penyakit cacingan juga berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan. Bisa juga terjadi radang paru, gangguan hati, bahkan penyumbatan usus karena cacing melubangi usus. Cacingan pun bisa menghambat tumbuh-kembang anak, kecacatan, bahkan kebutaan. Jadi, kita tak bisa anggap enteng cacingan.
PEMBERIAN OBAT BERKALA
Pada gejala ringan, obat cacing khusus anak bisa diberikan. Obat ini bisa diberikan pada anak usia 1 tahun ke atas. Obat ini bisa dibeli bebas di apotek alias tanpa resep dokter. Jangka waktu pemberian obat yaitu 6 bulan sekali. Tujuannya untuk memotong siklus kehidupan cacing tersebut saat ia mulai tumbuh dewasa. Meski begitu, sebenarnya pemberian obat cacing tidak harus selalu yaitu 6 bulan sekali. Bila ada indikasi, misalnya 3 bulan setelah minum obat masih ditemukan cacing pada feses, obat bisa diberikan lagi.
Nah, pada kasus cacingan yang berat, dokter perlu turun tangan karena gejala yang berat akan berakibat fatal. Di antaranya, jika si anak sudah lesu berlebihan, tidak ada nafsu makan, muntah, dan sebagainya, tentu akan mengakibatkan daya tahan tubuhnya semakin menurun.
MENCEGAH CACINGAN
Bagaimana cara agar anak terhindar dari penyakit cacingan?
* Biasakan untuk selalu hidup bersih, seperti cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan sabun. Kemudian potonglah kuku secara berkala agar tetap pendek dan bersih.
* Biasakan anak untuk selalu menggunakan sandal atau sepatu bila keluar rumah, terutama bila berjalan di tanah. Tanah, terutama yang lembap, merupakan tempat favorit cacing untuk berkembang biak.
* Jangan lupa memilih dan mengolah makanan dengan bersih. Misalnya, mencuci sayuran dengan air yang mengalir. Kemudian tidak membiarkan makanan dihinggapi lalat karena biasanya lalat mampu membawa telur-telur cacing.
* Bila ingin makan sayuran mentah (lalapan) atau buah-buahan, cucilah dengan air bersih yang mengalir.
* Biasakan anak untuk tidak jajan jenis makanan dan di tempat sembarangan.
MENGENAL JENIS CACING
Ada beberapa jenis cacing yang perlu diketahui:
* Cacing Gelang
Cacing jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan kelembapan tinggi, termasuk Indonesia. Jika sudah dewasa panjangnya bisa mencapai 10-30 cm. Cacing ini hidup hanya dalam tubuh manusia. Penularannya diawali dari feses penderita cacingan. Di tanah dia akan tumbuh dan berkembang selama 3 minggu untuk menjadi larva yang infektif. Larva ini dapat terbawa oleh lalat atau melekat di tangan sehabis memegang tanah. Kemudian melekat di makanan yang dikonsumsi si kecil. Selanjutnya, larva ini berdiam di usus. Lalu "menerobos" masuk ke pembuluh darah balik (vena) menuju jantung, berlanjut ke paru-paru. Dari paru-paru larva menuju tenggorokan, lalu ke lambung, berakhir di usus halus tempat di mana mayoritas makanan diserap. Di usus halus ini, larva akan berganti kulit, kemudian menjadi dewasa. Setelah 2 bulan menginfeksi, cacing betina akan bertelur sekitar 20.000 butir per hari. Jumlah yang sangat luar biasa!
Cacing berwarna kuning kecokelatan dan bergaris-garis halus ini dapat mengakibatkan mual, muntah dan diare. Anak pun mengalami penurunan nafsu makan. Bahkan cacing gelang yang sudah dewasa akan langsung mengambil makanan yang masuk hingga akhirnya si kecil mengalami kurang gizi. Cacing-cacing gelang yang makin banyak akan menggumpal membentuk seperti bola. Dampaknya, saluran pencernaan anak jadi tersumbat.
* Cacing Cambuk
Cacing ini juga banyak ditemukan di daerah tropis. Dia hidup di usus besar dan terkadang di usus buntu sehingga dapat menimbulkan peradangan. Di usia 1 bulan, cacing betina akan bertelur 3.000-10.000 butir per hari. Telur-telur ini tidak selamanya berkembang biak dalam usus karena kemungkinan terbawa keluar bersama feses. Setelah 3-4 minggu berada di tanah, dia akan menjadi larva. Jika termakan, larva ini akan pecah di usus halus dan keluar menuju usus besar sampai menjadi dewasa. Untuk mencari makanan, cacing dewasa membenamkan kepalanya di dinding usus besar.
Akibat terinfeksi penyakit ini anak akan mengalami nyeri perut, kembung, mual, dan muntah. Bila infeksi yang terjadi tergolong ringan, gejala yang muncul tak terlalu tampak. Akan tetapi bila kondisi infeksinya berat, cacing ini dapat menyebabkan diare dengan mukus (lendir kental dan licin), terjadi penonjolan di daerah anus (prolaps rektum) dan penurunan berat badan. Selanjutnya, bila hal ini tak ditangani, bisa terjadi perdarahan usus dan anemia.
* Cacing Tambang
Berkembang biak di seluruh dunia. Meski ukurannya hanya sekitar 1 cm, tapi dia bisa menghabiskan 0,03 cc darah per hari. Cacing ini menetas di luar tubuh manusia. Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit, seperti di sela jari kaki. Biasanya terjadi saat anak bermain di tanah tanpa alas kaki atau melalui tangan ketika dia memegang benda-benda yang mengandung larva.
Dari pori-pori, larva cacing ini masuk ke aliran darah, lalu ke jantung, paru-paru, dilanjutkan melalui tenggorokan sampai ke usus. Umumnya cacing ini akan tinggal di usus halus dan menjadi dewasa. Cacing betina akan bertelur dan telurnya akan keluar lagi bersama tinja. Di tanah, telur akan menetas dalam 2 hari. Kemudian dalam 3-5 hari menjadi larva yang bersifat infektif.
Lantaran mengisap darah, gejala yang timbul adalah anemia dan kekurangan zat besi. Namun gejala ini muncul bila sudah terjadi infeksi berat dan berlangsung cukup lama
* Cacing Kremi
Istilah awamnya kremian. Bentuknya kecil dan berwarna putih seperti kelapa parut. Jangan heran kalau ada mitos bahwa kremian disebabkan mengonsumsi kelapa parut. Padahal, sebenarnya tidak demikian. Telur cacing kremi masuk ke dalam tubuh melalui mulut karena makanan atau debu yang mengandung larva. Selanjutnya bersarang di usus besar. Ketika cacing ini beranjak dewasa, tempat hidupnya berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing kremi mengakibatkan gatal-gatal di sekitar anus. Gatal-gatal timbul karena saat itu cacing kremi betina yang sudah dewasa bermigrasi ke daerah sekitar anus untuk bertelur. Telur-telur inilah yang menimbulkan rasa gatal. Bila digaruk, telur akan pecah dan larva masuk ke anus. Bila setelah menggaruk kemudian anak memasukkan tangannya ke mulut, maka telur yang ada di kuku akan ikut tertelan. Meski tidak terlalu berbahaya dibandingkan cacing jenis lain, kremian sering membuat anak rewel, sukar tidur, malas makan, dan akhirnya kurus.
* Cacing Pita
Biasanya hidup di tubuh sapi atau babi. Orang yang sering mengonsumsi daging sapi atau babi yang masih mentah atau dimasak kurang matang berisiko terinfeksi cacing pita. Jika penderita buang air besar dan kotorannya yang mengandung telur cacing pita termakan oleh sapi atau babi, maka telur itu akan tumbuh menjadi kista pada otot/daging hewan tersebut. Jika dagingnya dimakan anak tanpa dimasak hingga matang, maka di dalam usus halusnya akan menetas larva yang kemudian menjadi cacing dewasa.
Bila terinfeksi cacing ini, umumnya gejala yang terlihat ringan saja, bahkan tanpa gejala. Biasanya berupa gangguan pencernaan, namun bisa juga terjadi gejala agak berat, seperti ayan/epilepsi atau munculnya benjolan kecil sebesar kacang hijau yang jumlahnya lebih dari satu di kulit.
Hilman Hilmansyah. Ilustrator Pugoeh
Konsultan ahli:
dr. Attila Dewanti, Sp.A.,
dari RSB Asih, Jakarta
Reference web tabloid nakita
ONLINE&OFFLINE SHOP
BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE
SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com
Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com
http://indahmoney.blogspot.com
http://indaherbal.blogspot.com
http://indahcareer.blogspot.com