Popok Bayi Modern Pun Bisa Sebabkan Mandul

23:10 Posted In , , , , , , , Edit This
Popok Bayi Modern Pun Bisa Sebabkan Mandul
Setelah disposable diaper dibuat pertama kali oleh Victor Miller di tahun 1950, nama Pampers langsung melejit dan menjadi populer di seluruh dunia. Orangtua merasa senang dengan inovasi popok modern ini. Bagi mereka, disposable diaper adalah solusi yang tepat untuk masalah pipis dan berak para bayi. Selain bayi bisa tidur tenang karena “tidak terganggu” basah, orangtua pun senang karena tidak perlu mendengar tangis bayi karena ngompol. Tapi beberapa waktu lalu, sebuah penelitian memaparkan kalau disposable diaper sangat tidak aman bagi bayi. Selain masalah ruam popok, disposable diaper disebut-sebut sebagai salah satu pemicu munculnya kanker dan kemandulan.
Seorang ibu rumah tangga bercerita kalau bayinya yang berumur satu bulan mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Ia mencoba beberapa diaper dari yang murah hingga yang mahal (produk impor) tapi hasilnya tetap sama, daerah di sekitar pantat bayi menjadi kemerahan dan nampak lecet. Ia berpikir kalau disposable diaper akan membuat bayinya tetap kering seperti yang diiklankan di televisi, dan terhindar dari ruam popok.
Tapi nyatanya?. Bayi mungilnya tak urung sembuh. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke popok kain. Memang pada awalnya, ia rela membayar mahal demi kenyamanan bayinya dengan popok modern. Namun setelah berpikir untung ruginya, ia menyadari kalau popok kain adalah pilihan terbaik untuk putranya. Lain halnya dengan ibu tadi yang hanya dipusingkan dengan masalah ruam popok,
Consumer Protection Agency melaporkan masalah sehubungan dengan pemakaian disposable diaper, mulai dari pembakaran bahan kimia, pemakaian bahan kimia
berbahaya dan bau insektisida sampai kelakuan bayi yang sering menarik dan meletakkan disposable diaper ke hidungnya atau mulutnya.
Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (produsen Pampers dan Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok dari 7% pada tahun 1955 sampai 78% pada tahun 1991.
Penyebaran ruam popok merupakan fenomena yang terjadi di permukaan disposable diaper. Hal itu disebabkan oleh alergi terhadap bahan kimia, kurangnya udara, temperatur tinggi karena dilapisi plastik yang sifatnya mempertahankan kalor (panas) di area popok, dan bayi jarang ganti karena mereka merasa kering meskipun pantat dalam keadaan lembab (basah).
Sebenarnya masalah ruam popok bisa diatasi dengan mengganti diaper sesering mungkin. Procter & Gamble melaporkan kalau rata-rata konsumen produk mereka mengganti diaper 5 kali sehari. Tapi beberapa peneliti dan ahli medis menyarankan agar mengganti diaper setiap 2 jam sekali. Jika masalahnya hanya ruam popok mungkin masih bisa dianggap enteng, orangtua hanya perlu membayar lebih mahal (dengan sering mengganti diaper) supaya bayinya bebas ruam popok. Tapi bagaimana dengan isu kanker dan kemandulan yang dikait-kaitkan dengan disposable diaper?
Pemicu Kanker dan Kemandulan
Pada tahun 2000 beberapa peneliti dari Universitas Kiel, Jerman melakukan sebuah riset mengenai Archives of Desease in Childhood yang dimuat dalam British Medical Journal. Penelitian yang melibatkan 48 bayi laki-laki itu dilakukan selama setahun untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh disposable diaper. Para peneliti yang melakukan studi tersebut melaporkan bahwa bayi laki-laki yang menggunakan disposable diaper temperatur skortumnya (kantung kemaluan) mengalami kenaikan beberapa derajat dibanding yang tidak memakai.. Bagi seorang bayi laki-laki yang skortumnya sedang berkembang, hal tersebut merupakan perkara yang serius. Karena untuk memproduksi sperma dalam jumlah yang banyak, skortum harus bisa menjaga temperatur testis supaya suhunya lebih rendah dari suhu badan. Oleh sebab itu kenaikan satu derajat pun akan merusak kinerja skortum sebagai “mesin pendingin” testis.. Tentu saja fenomena ini akan membuat produksi sperma terganggu, yang berarti
kesuburan pria akan menurun. Peneliti yang melakukan studi tersebut menyatakan, “peningkatan temperatur skortum yang disebabkan oleh pemakaian disposable diaper akan mempengaruhi kualitas sperma bayi laki-laki dan meningkatkan angka terjadinya kanker testis di usia dewasa.” Mereka juga mengatakan kalau fisiologi mekanisme pendingin testis mengalami kerusakan secara signifikan.
Dalam melakukan studinya mereka juga meneliti pria Eropa yang lahir pada tahun 1975 (tidak lama setelah disposable diaper menjadi begitu populer dan digandrungi) . Para peneliti itu terkejut dengan penemuannya, ternyata jumlah sperma pria Eropa mengalami penurunan hingga 25% dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 27000 pria Inggris yang sudah menikah menjalani perawatan ketidaksuburan setiap tahunnya, dan angka kejadiannya meningkat hingga 55% pada tahun 1995. Tim Hedgley, ketua National Fertility Assosiation mengatakan, “penelitian ini begitu mengejutkan dan penting untuk diketahui.”
Sementara itu, Dr. Simon Fishel, direktur Centre of Assisted Reproduction (Nottingham, Inggris) mengatakan, “teori tersebut sangat masuk akal dan saya tidak terkejut dengan hasilnya. Bagaimana pun disposable diaper dapat meningkatkan temperatur skortum bayi laki-laki dan tentu saja hal itu merupakan masalah besar karena kinerja skortum akan terganggu.” Sayangnya produksi besar-besaran disposable diaper tidak disertai penelitian terlebih dahulu terhadap efek sampingnya. Sehingga ada kemungkinan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh pemakaian disposable diaper.
Bahan Kimia Berbahaya dalam Disposable Diaper
Isu kenyamanan yang digencarkan oleh produsen diaper selalu berkisar pada masalah daya serap tinggi yang membuat kulit bayi tetap kering. Yah, tentu saja, Sodium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent yang hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di dalam air. Bahan kimia inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan menempel di kulit bayi dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Ketika disuntikkan pada tikus percobaan menimbulkan hemorhage, kegagalan kardivaskuler, bahkan kematian. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Sodium Polycrylate. Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan para pekerja pabrik yang memproduksinya.
Bahan kimia lain yang terkenal tingkat bahayanya adalah dioxin. Dioxin dihasilkan dari proses produksi pemutih kertas. Sementara itu proses produksi disposable diaper menggunakan dioxin dalam bentuk gas klorin. Dalam artikel yang berjudul “Whitewash; Exposing the health and environmental dangers of woman’s sanitary product and dsposable diaper - what you can do about it”, Liz Amstrong dan Adrienne Scott menyatakan kebanyakan industri kertas melakukan proses pemutihan dengan menggunakan pulp whiter daripada klorin. Penyebabnya tak lain adalah bahan kimia yang termasuk dalam organoklorin (termasuk di dalamnya dioxin) ini sangat beracun dan bersifat persisten (menetap dalam tubuh).
Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain menyebabkan pencemaran lingkungan juga sangat beracun. Penyebarannya bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit bayi yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena bahan ini bisa menyebabkan kemandulan (pada bayi laki-laki). Ginny Caldwell dalam artikelnya yang berjudul Diapers. Disposable or Cotton?, menyatakan bahwa kerusakan dalam sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.
Pada tahun 1999 The Archive of Environtmental Health melaporkan sebuah studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories. Dalam studi tersebut mereka membuka kemasan diaper lalu meletakkannya di dekat tikus-tikus percobaan. Tikus-tikus yang terekspos diaper tersebut menderita bronchoconstriction yang menyerupai serangan asma Tak hanya itu, tikus-tikus tersebut juga mengalami iritasi mata, kulit dan tenggorokan. Di dalam sebuah ruangan yang luas sekalipun emisi dari disposable diaper cukup mampu membuat tikus-tikus ini terserang asma. Bahan kimia yang ditemukan dalam disposable diaper yang mampu menyebabkan iritasi tenggorokan antara lain tolune, xylene, ethylbenzene, styrene, dan isopropylbenzene.
Tentu saja berbeda dengan popok kain yang terkenal aman karena tidak mengandung bahan kimia. Tikus-tikus percobaan tidak mengalami gangguan pernafasan seperti tikus-tikus yang terkena emisi diaposable diaper. Jadi sekarang saatnya mempertimbangkan lagi penggunaan disposable diaper supaya bayi aman dari efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh disposable diaper.
SUMBER milis asiforbaby

INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com


Breastfeeding

21:00 Posted In , , , , Edit This

Reference From Wikipedia, the free encyclopedia

Breastfeeding is the feeding of an infant or young child with breast milk directly from human breasts rather than from a baby bottle or other container. Babies have a sucking reflex that enables them to suck and swallow milk. Most mothers can breastfeed for six months or more, without the supplement of infant formula milk or solid food.

Human breast milk is the best source of nourishment for human infants[1], with few exceptions, such as when the mother is taking certain drugs or is infected with tuberculosis or HIV. Breastfeeding promotes health, helps to prevent disease and reduces health care and feeding costs.[2] In both developing and developed countries, artificial feeding is associated with more deaths from diarrhoea in infants.[3]Experts agree that breastfeeding is beneficial, but may disagree about the length of breastfeeding that is most beneficial, and about the risks of using artificial formulas.[4][5][6]

Both the World Health Organization (WHO) and the American Academy of Pediatrics (AAP) recommend exclusive breastfeeding for the first six months of life and then breastfeeding up to two years or more (WHO) or at least one year of breastfeeding in total (AAP). Exclusive breastfeeding for the first six months of life "provides continuing protection against diarrhea and respiratory tract infection" that is more common in babies fed formula. [7] The WHO[8] and AAP[9] both stress the value of breastfeeding for mothers and children. While recognizing the superiority of breastfeeding, regulating authorities also work to minimize the risks of artificial feeding.[5]

According to a WHO 2001 report,[10] alternatives to breastfeeding include:

The acceptability of breastfeeding in public varies by culture and country. In Western culture, though most approve of breastfeeding, some mothers may be reluctant to do so out of fear of public opinion.


[edit] Lactation

Main article: Lactation

The production, secretion and ejection of milk is called lactation. It is one of the defining features of being a mammal.

[edit] Breast milk

Main article: Breast milk

Not all the properties of breast milk are understood, but its nutrient content is relatively stable. Breast milk is made from nutrients in the mother's bloodstream and bodily stores. Because breastfeeding uses an average of 500 calories a day it helps the mother lose weight after giving birth.[11] The composition of breast milk changes depending on how long the baby nurses at each session, as well as on the age of the child.

Research shows that the milk and energy content of breastmilk actually decreases after the first year.[8] Breastmilk adapts to a toddler's developing system, providing exactly the right amount of nutrition at exactly the right time.[9] In fact, research shows that between the ages of 12 and 24 months, 448 milliliters of human milk provide these percentages of the following minimum daily requirements:[12]

Energy: 29%
Folate: 76%
Protein: 43%
Vitamin B12: 94%
Calcium: 36%
Vitamin C: 60%
Vitamin A: 75%

The quality of a mother's breast milk may be compromised by stress, bad food habits, chronic illnesses, smoking, and drinking.[13][unreliable source?][14]

[edit] Benefits for the infant

During breastfeeding nutrients and antibodies pass to the baby[15] while it helps to strengthen the maternal bond.[16] Research has found many benefits to breastfeeding. [17] These include:

[edit] Superior nutrition

Breast milk has just the right amount of fat, sugar, water, and protein that is needed for a baby's growth and development.[16] Children aged seven and eight years old who were of low birthweight who were breastfed for more than eight months demonstrated significantly higher intelligence quotient scores than comparable children breastfed for less time. Horwood, Darlow and Mogridge concluded, " These findings add to a growing body of evidence to suggest that breast milk feeding may have small long term benefits for child cognitive development." [18]

[edit] Greater immune health

Breast milk include several anti-infective factors such as bile salt stimulated lipase (protecting against amoebic infections), lactoferrin (which binds to iron and inhibits the growth of intestinal bacteria)[19][20] and immunoglobulin A protecting against microorganisms.[21]

Breastfeeding is a factor in the transmission of HIV from mother to child, but some constituents in breast milk may protect from infection. In particular, high levels of certain polyunsaturated fatty acids in breast milk (including eicosadienoic, arachidonic and gamma-Linolenic acids) are associated with a reduced risk of child infection when nursed by HIV-positive mothers. Arachidonic acid and gamma-linolenic acid may also reduce viral shedding of the HIV virus in Breast milk.[22] Due to this, in underdeveloped nations infant mortality rates are lower when HIV-positive mothers breastfeed their newborns, than when they use formula feed. Bear in mind, differences in infant mortality rates have not been reported in better resourced areas.[23][24] Treating infants prophylactically with Lamivudine can help to decrease the transmission of HIV through mother to child. [25] Avoidance of all breastfeeding is recommended by UNAIDS where formula feeding is acceptable, feasible, affordable and safe.

[edit] Higher intelligence

Two initial studies suggest babies with a specific version of the FADS2 gene demonstrated an IQDHA and AA, which are known to be linked to early brain development. Manufacturers of infant formula have been adding DHA and AA fatty acids to their products since this discovery over a decade ago. The researchers state, "further investigation to replicate and explain this specific gene–environment interaction is warranted," and have concluded, "Our findings support the idea that the nutritional content of breast milk accounts for the differences seen in human IQ. But it's not a simple all-or-none connection: it depends to some extent on the genetic makeup of each infant."[26] averaging 7 points higher if breastfed, compared to babies with a less common version of the gene showing no improvement when breastfed. FADS2 affects the metabolism of fatty acids, such as

[edit] Long term health effects

In one study, breastfeeding did not appear to offer protection against allergies.[dubious ][27] However, another study showed breastfeeding to have lowered the risk of asthma, protect against allergies[dubious ], and provide improved protection for babies against respiratory and intestinal infections.[28]

Infants exclusively breastfed have less chance of developing diabetes mellitus type 1 than peers with a shorter duration of breastfeeding and an earlier exposure to cow milk and solid foods.[29]diabetes mellitus type 2,[30][31] at least in part due to its effects on the child's weight.[31] Breastfeeding also appears to protect against

Breastfeeding appears to reduce the risk of extreme obesity in children aged 39 to 42 months.[32] The protective effect of breastfeeding against obesity is consistent, though small, across many studies, and appears to increase with the duration of breastfeeding.[33]

A review of the association between breastfeeding and celiac disease (CD) concluded that breast feeding while introducing gluten to the diet reduced the risk of CD. The study was unable to determine if breastfeeding merely delayed symptoms or offered life-long protection.[34]

A study at the University of Wisconsin found that women who were breast fed in infancy may have a lower risk of developing breast cancer than those who were not breast fed. [35][unreliable source?]

[edit] Fewer urinary tract, diarrheal and middle ear infections

Breastfeeding reduced the risk of acquiring urinary tract infections in infants up to seven months of age. The protection was strongest immediately after birth, but was ineffective past seven months[36] Breastfeeding appears to reduce symptoms of upper respiratory tract infections in premature infants up to seven months after release from hospital.[37] A longer period of breastfeeding is associated with a shorter duration of some middle ear infections (otitis media with effusion, OME) in the first two years of life. The researches concluded, "For a decrease in the amount of time with OME during the first 2 years of life, prolonged breast-feeding and upright feeding position should be encouraged, and cigarette smoke exposure should be minimized. Limiting early child care in large groups might also be advisable.".[38] Another study found that breastfed babies had half the incidence of diarrheal illness, 19% fewer cases of any otitis media infection and 80% fewer prolonged cases of otitis media than formula fed babies in the first twelve months of life.[39]

[edit] Less tendency to develop allergic diseases (atopy)

In children who are at risk for developing allergic diseases (defined as at least one parent or sibling having atopy), atopic syndrome can be prevented or delayed through exclusive breastfeeding for four months, though these benefits may not be present after four months of age. [40] However, the key factor may be the age at which non-breastmilk is introduced rather than duration of breastfeeding.[41] Atopic dermatitis, the most common form of eczema, can be reduced through exclusive breastfeeding beyond 12 weeks in individuals with a family history of atopy, but when breastfeeding beyond 12 weeks is combined with other foods incidents of eczema rise irrespective of family history.[42]

[edit] Less necrotizing enterocolitis in premature infants

Necrotizing enterocolitis (NEC), is an acute inflammatory disease in the intestines of infants. Necrosis or death of intestinal tissue may follow. It is mainly found in premature births. In one study of 926 preterm infants, NEC developed in 51 infants (5.5%). The death rate from necrotizing enterocolitis was 26%. NEC was found to be six to ten times more common in infants fed formula exclusively, and three times more common in infants fed a mixture of breast milk and formula, compared with exclusive breastfeeding. In infants born at more than 30 weeks, NC was twenty times more common in infants fed exclusively on formula.[43]

[edit] More easily aroused from sleep

Breastfed babies have better arousal from sleep at 2-3 months. This coincides with the peak incidence of sudden infant death syndrome.[44]

[edit] Benefits for mothers

Breastfeeding is a cost effective way of feeding an infant, and provides the best nourishment for a child at a small nutrient cost to the mother. Frequent and exclusive breastfeeding can delay the return of fertility through lactational amenorrhea, though breastfeeding is an imperfect means of birth control. During breastfeeding beneficial hormones are released into the mother's body.[15] and the maternal bond can be strengthened.[16] Breastfeeding is possible throughout pregnancy, but generally milk production will be reduced at some point.[45]


Special Pregnancy Nutrition Needs

00:23 Posted In , , , , Edit This

It is commonly known that nutrition is a critical part of everyday life. However, during pregnancy nutrition becomes even more critical for the health of you and your baby. Not only is nutrition critical during pregnancy, the nutritional needs of your body are different during this period of your life. Different nutritional needs develop because of changes in your body as well as the needs of a developing fetus. Your body is under a lot of physical stress during pregnancy which increases the need for special nutrition and added vitamins.

As soon as you find out that you are pregnant you need to consult your physician. The two of you should develop a pregnancy nutrition and fitness plan, that should be implemented as soon as possible. The first three months of your pregnancy are the most important because this is when most of your baby's organs and brain are being developed. Proper nutrition during pregnancy can minimize the risk of birth defects, malformations and miscarriage. The first three months are when most miscarriages occur.

You should immediately begin taking special prenatal vitamins to ensure the health of you and your baby. This will help to ensure that your developing baby receives all the right vitamins that are needed. Folic acid is one of the most needed vitamins during pregnancy and women rarely obtain a sufficient amount through their diet. prenatal vitamins need to replace the vitamins that you are currently taking. Your regular vitamins although sufficient when you are not pregnant, may be detrimental to your developing baby during pregnancy. A pregnancy specific nutrition and fitness plan will help ensure a happy and healthy baby and will also make you feel better during your nine month journey.

Turn on the Water Works

Although drinking 6-8 glasses of water is highly recommended for everyone, water becomes more important when you are pregnant. In fact, during pregnancy many experts recommend that you drink 10-12 glasses of water daily. Water does not include juice, soda, coffee of other types of beverages, it only includes water. You need to keep in mind that everything that you consume during pregnancy passes through to your unborn baby. Not only is water extremely important for a multitude of reasons, you should probably avoid or severely limit your intake of soda and coffee. These beverages, provide numerous chemicals that may not be healthy for your developing baby.

Drinking a lot of water may be difficult and many women find it easier to keep a water bottle with them at all times so they can continuously sip water throughout the day. If you do not like the taste of plain water, you can always add a small amount of juice or a twist of lemon to add some flavor. Extra water is needed to aide in your baby's development, to remove waste from your system and to help ensure adequate flow of nutrients to your baby.

Drinking alot of water may also minimize or prevent some of the ailments you commonly experience during pregnancy, such as nausea, constipation, and swelling. Severe constipation is a common symptom during pregnancy because your developing baby depletes the water in your system.

Pregnancy Nutrition - Foods to Avoid

Your body and developing baby are much more vulnerable to bacteria and other contaminants during pregnancy. As a result, there are certain foods that you will be advised to either avoid completely or limit during your pregnancy. Here is a partial list of items that you need to avoid or limit:

1) raw eggs, this may include certain dressings or sauces;
2) unpasteurized milk and cheese, this may include certain soft cheeses;
3) raw or rare fish and meats;
4) fish that tend to have high mercury levels;
5) caffeine and alcohol;
6) unwashed vegetables; etc.

Unwashed vegetables are very bad because of the pesticides and bacteria that they may carry. Caffeine in moderation may be acceptable but make sure you obtain specific details regarding the quantity that is advised. Your doctor and a pregnancy nutritional guide should be consulted to develop a complete list for you to follow.

Summary and Additional Resources

Pregnancy nutrition and fitness are extremely important for the health of you and your developing baby. Your baby has special nutritional requirements that begin at the moment of conception. The first three months of pregnancy are the most important because that is when your baby's organs and brain are being developed. It is also the time that most miscarriages occur.

Proper specialized nutrition can also make you feel better and provide additional energy during pregnancy which is critical because of the added stress that is being placed on your body. You will need to make sacrifices but it will pay off in the long run for you and your baby. When you see your healthy beautiful baby for the first time, you will know that it was all worth it!

There is a lot of information that you need to know about pregnancy and pregnancy nutrition. Although your doctor and loved ones can help, there is too much to learn for this method to be sufficient. We provide comprehensive pregnancy information and recommended pregnancy guides. We review the most popular guides to find the ones that are best for your needs.

Donna maintains My pregnancystages.com which is dedicated to providing the best pregnancy information and resources for pregnant women. She also helps pregnant and uninsured women reduce their medical maternity costs. Full details are available at My pregnancystages.com .

Reference :Website articlesbase.com



5 Pedoman Makan Sehat Saat Hamil

00:15 Posted In , , , , , Edit This

(Posted:2007-01-02 00:00:00)
5 Pedoman Makan Sehat Saat Hamil


Oleh karena itu, berikut ini kami berikan tips ringan berisi 5 langkah mudah yang dapat digunakan sebagai pedoman menentukan pola makan yang tepat saat hamil: (diadaptasi dari March of Dimes) 1. Rajin mengkonsumsi suplemen khusus ibu hamil Biasanya suplemen ini dilengkapi dengan berbagai vitamin dan mineral dengan jumlah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan seorang ibu hamil. Berbagai vitamin dan mineral yang dimaksud antara lain terdiri dari asam folat, besi, seng, iodin, vitamin D, kalsium, dan vitamin A. 2. Jaga berat badan Seorang wanita hamil hanya membutuhkan ekstra 300 kalori tiap harinya untuk mendukung pertumbuhan bayinya. Dimana jumlah tersebut setara dengan kandungan dari satu penyajian yoghurt atau sepotong buah. Jadi tidak perlu makan berlebihan yang hanya akan mengakibatkan pertambahan berat di luar kendali. 3. Konsumsi variasi makanan yang bernutrisi Agar lebih mudah, gunakan piramida makanan sebagai panduan menentukan variasi menu harian. Pastikan menu yang dikonsumsi bisa mencukupi semua kebutuhan nutrisi yang meliputi karbohidrat, serat, protein, vitamin, mineral, dan kalsium. 4. Batasi asupan lemak Jumlah asupan lemak seharusnya tidak melebihi 30% dari total asupan harian. Jadi, sebaiknya gunakanlah selalu mempergunakan produk dengan kadar lemak rendah. 5. Perbanyak minum Usahakan untuk selalu mengikuti anjuran minum, terutama air putih, sebanyak 6 hingga 8 gelas per hari. Hal tersebut bisa membantu kelancaran pembuangan residu yang tidak diperlukan tubuh, melalui kulit, ginjal, dan feses. Apalagi selama hamil, ibu melakukan pembersihan ganda, yaitu untuk diri sendiri dan si kecil. Selain itu, sebaiknya batasi konsumsi produk minuman atau makanan yang mengandung kafein. Mudah-mudahan apa yang disampaikan di atas dapat membantu mengurangi kekhawatiran ibu dan calon ibu yang sedang menanti kelahiran buah hatinya. Selamat makan, Bunda.!

Reference : website infobunda.com


INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com

http://indaherbal.blogspot.com



Keluhan-Keluhan Ringan Saat Hamil Dan Solusinya

00:09 Posted In , , Edit This

(Posted:2008-03-14 10:46:58)

Keluhan-Keluhan Ringan Saat Hamil Dan Solusinya


Saat hamil kondisi fisik berubah. Banyak keluhan yang muncul. Tak semuanya berat tapi ada juga yang ringan dan tak perlu penanganan lebih lanjut. Apa sajakah dan bagaimana mengatasinya?

Pusing Keluhan ini merupakan keluhan awal dan umum terjadi. Pengaruh hormon saat kehamilan yang menjadi penyebabnya. Hormon progesteron memicu dinding pembuluh darah melebar. Sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan membuat calon ibu merasa pusing. Keluhan ini akan hilang dengan sendirinya. Solusinya: Penanganan yang tepat tentu harus dengan mengetahui lebih dulu penyebabnya. Bila akibat pengaruh hormonal, penanganannya cukup dengan tidur dan menghindari stres. Sementara bila karena anemia dan hipertensi, mau tidak mau harus diatasi dulu faktor penyebabnya. Sedangkan jika karena tekanan darah rendah, kurangi aktivitas dan hemat pengeluaran energi. Juga hindari gerakan mendadak seperti dari posisi duduk atau jongkok langsung ke posisi berdiri. Kalaupun merasa perlu menelan obat antisakit kepala lantaran tak kuat lagi menahannya, pilihlah yang paling aman. Salah satunya parasetamol yang masih bisa ditoleransi untuk dikonsumsi ibu hamil sekalipun tanpa resep dokter. Mual dan Muntah Menurut Dr. HM. Bayu Wahyudi, MOH, SPOG, sekitar 50 hingga 70 persen wanita hamil akan mengalami rasa mual dan terkadang disertai pegal, pusing hingga meriang. Hal ini merupakan gejala normal yang muncul pada trimester pertama kehamilan di usia 6-14 minggu. Keluhan ini kerap dikenal dengan istilah Morning Sickness. Morning sickness terjadi karena plasenta yang berkembang dan menghasilkan sejenis hormon HCG. Hormon ini prosentasenya meninggi sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan, hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot dari poros lambung. Makin tinggi hormon ini makin cepat merangsang muntah. Sebenarnya hormon HCG sangat dibutuhkan pada awal kehamilan. Selain membentuk plasenta, HCG juga akan menjaga janin tumbuh dengan baik. Solusinya : Sediakan snack atau makanan ringan seperti, crackers, kue beras atau sebatang coklat di samping tempat tidur Anda. Makanlah bahan makanan tersebut ketika Anda bangun atau setelah mual hilang. Makanan-makanan tersebut dapat menghilangkan rasa mual. Selain itu, jagalah pola makan dan makanlah sesering mungkin walaupun dalam porsi kecil. Tujuannya untuk menjaga agar perut tidak berada dalam keadaan kosong dan tetap menjaga gula darah yang stabil. Perbanyaklah mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, perbanyak minum, mengkonsumsi vitamin B6, istirahat cukup, menjauhi makanan pedas serta bersikap positif terhadap kehamilan dapat mengurangi gejala mual-mual. Buang air kecil Inilah keluhan yang paling sering dialami. Adanya janin membuat tekanan pada kandung kemih. Kadangkala penyebabnya kecenderungan ibu hamil yang minum lebih banyak. Akibatnya, ginjal lebih banyak pula memproduksi air seni. Selain itu letak kandung kemih yang bersebelahan dengan rahim membuat kapasitasnya berkurang. Itulah salah satu sebab ibu hamil sering buang air kecil. Solusinya : Yang perlu diwaspadai, saat ini sering terjadi infeksi pada saluran atau kandung kemih pada ibu hamil. Sayangnya, sulit membedakan buang air kecil yang disebabkan oleh infeksi atau tidak. Yang mungkin bisa dijadikan pedoman yakni rasa nyeri yang menyertai. Jika keluarnya air seni diiringi oleh rasa nyeri dan warnanya merah atau keruh mungkin itu pertanda infeksi. Untuk mengatasinya, jangan menunda keinginan buang air kecil. Pegal-pegal Penyebabnya bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium atau karena ketegangan otot. Sepanjang kehamilan, boleh dibilang ibu membawa beban berlebih. Otot-otot tubuh juga mengalami pengenduran sehingga mudah merasa lelah. Hal inilah yang membuat posisi ibu hamil dalam beraktivitas apa pun jadi terasa serba salah. Penyebab lainnya, yaitu ibu hamil kurang banyak bergerak atau olahraga. Solusinya : Amat disarankan untuk senantiasa menyempatkan waktu berolahraga atau setidaknya beraktivitas ringan. Ibu hamil pun sebaiknya menjaga sikap tubuh. Ibu diwajibkan mengonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium. Menggunakan koyo? Boleh-boleh saja. Kram dan sakit pada kaki Menjelang akhir kehamilan tangan dan kaki sering mengalami kekakuan. Bagian tubuh tersebut agak membengkak sedikit karena menyimpan cairan. Akibatnya syaraf jadi tertekan. Tekanan ini terasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Sehingga tangan dan kaki tidak merasakan apa-apa dan ototnya jadi lemah. Gejala ini terasa waktu bangun tidur di pagi hari dan membaik di siang hari. Penyebabnya diperkirakan karena hormon kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan, tekanan rahim pada otot, kurang bergerak sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Solusinya : Saat kram terjadi, yang harus dilakukan adalah melemaskan seluruh tubuh terutama bagian tubuh yang kram. Dengan menggerak-gerakkan pergelangan tangan dan mengurut bagian kaki yang terasa kaku bisa membantu menghilangkan kekakuan. Selain itu, pada saat bangun tidur jari kaki ditegakkan sejajar dgn tumit utk mencegah kram mendadak. Agar kram tidak sampai mengganggu, atasi dengan mengkonsumsi banyak kalsium, minum air putih yang banyak, melakukan senam ringan, dan cukup istirahat. Kaki bengkak (Edema) Sekitar 75% wanita hamil pasti mengalami pembengkakan pada kaki (edema), yang umumnya terjadi pada trimester akhir. Penyebabnya bisa karena ibu terlalu banyak diam. Secara fisiologis, ibu hamil memang menanggung beban tambahan yang akan semakin memperlambat aliran darah pada pembuluh darah vena. Kaki bengkak selanjutnya bisa memicu tekanan darah tinggi atau malah preeklamsi. Sebenarnya, kaki bengkak bukan disebakan karena banyaknya mengkonsumsi garam. Ibu hamil boleh-boleh saja mengonsumsi makanan yang mengandung garam seperti sebelum hamil. Solusinya : Lakukan cukup olahraga dan sebisa mungkin tidak bersikap statis atau berdiam diri dalam posisi yang sama berlama-lama. Saat Anda duduk, sebisa mungkin selalu luruskan kaki. Sempatkan untuk beristirahat sejenak di sela-sela aktivitas dan tidur dengan posisi berbaring pada sisi kiri tubuh. Anda sebaiknya mulai mewaspadai pembengkakan pada kaki bila diikuti juga dengan berat badan yang meningkat drastis, naiknya tekanan darah serta kadar protein dalam urin. Bisa jadi gejala tersebut merupakan tanda bahwa Anda mengidap pre-eclampsia. Sakit punggung Selama kehamilan, sambungan antara tulang pinggul mulai melunak dan lepas. Ini persiapan untuk mempermudah bayi lahir. Rahim bertambah berat, akibatnya, pusat gravitasi tubuh berubah. Secara bertahap, ibu hamil mulai menyesuaikan postur dengan cara berjalan. Hal ini menyebabkan sakit punggung dan pegal. Solusinya : Mengatasinya tak perlu obat cobalah perbaiki cara berdiri, duduk, dan bergerak. Jika harus duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit. Gatal-gatal Keluhan ini pun lazimnya disebabkan pengaruh faktor hormonal. Solusinya : Cukup dengan menggunakan obat luar. Sedapat mungkin hindari obat-obatan oral atau yang diminum. Obat-obatan jenis ini umumnya tidak baik bagi tumbuh kembang janin. Nyeri ulu hati Jika mengalami keluhan ini jangan panik. Hal ini disebabkan adanya sejumlah kecil isi lambung yang lewat di pangkal saluran kerongkongan (penghubung mulut dengan lambung). Solusinya: Tak perlu ke dokter untuk mengatasinya. Malah pencegahannya tergolong mudah. Selama kehamilan, jangan membungkuk atau berbaring datar. Kalaupun ingin berbaring cobalah gunakan bantal yang tinggi. Sediakan pula segelas susu di samping tempat tidur dan minumlah sedikit-dikit setiap kali terasa nyeri. Sembelit Hormon progesteron saat hamil menyebabkan relaksasi usus. Akibatnya daya dorong usus terhadap sisa makanan berkurang. Sisa makanan yang menumpuk mengakibatkan sembelit. Sebab lainnya bisa juga kandungan zat besi pada tablet khusus ibu hamil. Selain itu, kebiasaan menahan buang air besar seringkali menjadi penyebab. Solusinya : Perbanyaklah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan berserat. Satu lagi, lebih teraturlah ke belakang dan minum air putih minimal delapan liter setiap hari.

Reference :website infobunda.com

INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com

http://indaherbal.blogspot.com

Breast abscesses

00:15 Posted In , , , , , Edit This

What is a breast abscess?

A breast abscess is a collection of pus in the breast. It is usually caused by bacterial infection.

Symptoms of breast abscesses

The signs and symptoms of breast abscesses are:
  • pain in the affected breast;
  • redness, swelling, and tenderness in an area of the breast; and
  • fever.

What causes breast abscesses?

Breast abscesses are usually caused by a bacterial infection of the breast tissue. Germs can enter the breast through the nipple when breast-feeding, or through cracks in the nipple or areola. If the infection is not treated, an abscess may develop. Mastitis, which is inflammation of the breast caused by bacterial infection — usually when breast-feeding — can progress to a breast abscess if it is not treated with antibiotics.

What you can do

  • Consult a doctor at the first sign of breast infection;
  • Do not breast-feed with the infected breast if you have an abscess, however, if you have mastitis then breast-feeding should continue as it will help clear the ducts. Your doctor will be able to advise you; and
  • Take simple painkillers.

What your doctor can do for you

If you think you have mastitis or a breast abscess, you should seek help from your doctor. They can:
  • prescribe antibiotics; and
  • arrange for you to have minor surgery to drain out the pus.

Preventing breast abscesses

  • Keep the breasts clean by washing them daily with mild soap and water. Wipe off dried secretions and dry the breast thoroughly with a clean towel.
  • After breast-feeding, wipe the nipples and areolae with sterilised cotton dipped in boiled water.
  • At the end of a feed, allow your breasts to dry naturally in the air.
  • Apply lanolin cream daily to the nipples and areolae to prevent them from cracking.



Apa yang dimaksud dengan mastitis?

23:57 Posted In , , , , , , Edit This


Apa yang dimaksud dengan mastitis?

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus (saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya. Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat menyusui dapat menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.

Beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya mastitis: - Tiba-tiba muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat bayi menyusui - Timbulnya rasa demam dan kemerahan disekitar area hisapan dapat pula disebabkan mastitis. Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan menunjukkan warna kemerahan dibandingkan daerah lainnya - Ibu merasakan gejala menyerupai flu seperti demam, rasa dingin sementara tubuh terasa pegal dan sakit. Cara mengurangi efek mastitis: - Untuk memperpendek durasi mastitis, segeralah tidur bila menduga adanya mastitis dan istirahatlah dengan benar - Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun dan membantu melawan infeksi - Kompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat - Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat membantu mempercepat menghilangkan sumbatan - Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang - Lakukan pemijatan ringan saat menyusui juga sangat membantu

Mastitis

Pada saat menyusui memang bisa terjadi Infeksi payudara, hal ini bisa dikarenakan adanya saluran payudara yang tersumbat sehingga ASI tida bisa keluar dengan lancar.

Adanya saluran payudara yang tersumbat ini menyebabkan pembengkakan pada payudara dan bila tidak ditangani dengan baik bisa berlanjut menjadi radang (mastitis) dan menyebabkan abses ( bernanah).

Di bawah ini saya sertakan tips untuk mencegah dan mengatasi radang payudara yang diambil dari info sehat.com

Pencegahan Radang Payudara saat Menyusui

Cara mencegah radang payudara:

1. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan menumpuk dan menimbulkan penyumbatan di dalam payudara yang dapat berujung peradangan.
2. Susui bayi sesering mungkin dan jangan memperpanjang jarak antar tiap waktu menyusui.
3. Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui. Anda tidak perlu menunggu sampai si kecil merasa lapar.

Cara mengatasi radang payudara:

1. Istirahat. Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh Anda kembali.
2. Kompres payudara. Secara bergantian, kompres payudara Anda dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres panas membantu memerangi peradangan.
3. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara. Pijatlah payudara Anda sambil mandi air hangat atau berendam air hangat.
4. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Penghentian ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses payudara (payudara bernanah).
5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang .

* Susuilah payudara yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terinfeksi lagi.
* Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau dipgahanompa.
* Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.

6. Apabila bayi Anda menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang, ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi Anda menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke payudara yang meradang.
7. Apabila peradangan terus berlanjut, segeralah periksa ke dokter.

Mastitis dan Penanganannya

Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, perubahan kebiasaan hidup karena kehadiran buah hati pun terjadi, Prioritas pertama saat itu adalah memberikan ASI sebagai makanan bagi bayinya.

* Masa-masa menyusui tersebut seringkali membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga berakibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila ibu memberikan ASInya dengan cara yang benar.

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus hingga puting susupun mengalami sumbatan. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya.

Selalu pastikan tindakan menysui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Pengurutan payudara sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik.

Beberapa indikasi yang memungkinkan terjadinya mastitis pada setiap ibu menyusui yang seharusnya dapat dihindari, beberapa diantaranya adalah:

- Dimulai dengan adanya rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat bayi menyusui, ini dapat disebut mastitis. Namun tidak semua kasus mastitis ada keluhan nyeri, sehingga ibu sebaiknya mengetahui indikasi lainnya.

- Adanya rasa demam dan kemerahan disekitar area hisapan dapat pula disebabkan mastitis. Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan menunjukkan warna kemerahan yang lenih jelas dibandingkan daerah lainnya, umumnya disertai dengan rasa nyeri yang hebat terutama bila tersentuh hingga tidak dapat menggendong bayi pada sisi yang mengalami mastitis karena sensasi rasa sakitnya.

- Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.

Tips untuk mengurangi efek dari mastitis.

· Cepat curiga akan adanya mastitis.

· Segeralah tidur bila menduga adanya mastitis dan istirahatlah dengan benar.Duduklama selama beberapa jam tanpa melakukan aktifitas dapat membantu memperpendek durasi mastitis.

· Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun dan membantu melawan infeksi. Jika infeksi terjadi hingga berhari-hari konsultasikan kepada dokter.

· Kompres air hangat pada daerah yang mengalami sumbatan duktus.

· Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat membantu mempercepat menghilangkan sumbatan.

· Tetap berikan ASI kepada bayi, bila gagal coba lagi, susui terutama payudara yang sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang. Bila gagal gunakan pompa sedot.

· Lakukan pemijatan terus menerus saat menyusui juga sangat membantu.
(idionline/Kalbefarma)

Infeksi Payudara Ganggu Keluarnya ASI

MESKIPUN seorang ibu ingin menyusui bayinya dan persediaan susunya cukup, tidak jarang rencana ini gagal karena air susu terbendung. Akibatnya, air susu ibu (ASI) tidak keluar sehingga payudara membengkak, diikuti suhu tubuh yang agak tinggi atau demam, pegal-pegal, dan lemas. Banyak yang salah duga karena tanda-tanda ini mirip dengan keadaan bila seseorang terserang influensa. Inilah infeksi payudara.

Infeksi payudara atau mastitis sebenarnya merupakan suatu masalah yang jarang terjadi pada ibu-ibu yang menyusui bayinya. Tetapi kalaupun hal ini sampai terjadi, biasanya baru akan muncul 11-30 hari setelah melahirkan.



Infeksi payudara tidak bisa disamakan dengan keadaan yang disebabkan oleh penyumbatan ASI. Bila infekasi payudara terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan, maka penyumbatan ASI terjadi lebih dini lagi, yaitu sekitar 24-72 jam setelah persalinan, pada waktu payudara mulai memproduksi ASI, atau lama setelah itu misalnya pada waktu menyapih bayi.

Gangguan yang ditimbulkan akibat penyumbatan saluran ASI ini antara lain rasa kurang nyaman, payudara membengkak dan sensitif, tetapi tidak diikuti dengan demam. Penyebab penumbatan ini bukan karena infeksi.

Untuk mengatasi penyumbatan saluran ASI, kenakanlah BH khusus bagi ibu menyusui, lalu tempat yang bengkak dikompres dengan air dingin atau es. Kalau dianggap perlu, seorang ibu dapat minum obat pengurang rasa sakit. Biasanya, dalam beberapa hari pembengkakan berkurang dan payudara akan menjadi lebih lembut setelah ASI diproduksi dengan teratur.

Lakukan Sesuatu

Setiap saat, selama menyusui, ASI memang dapat terbendung. Akibatnya terjadi pembengkakan di satu bagian, payudara menjadi lebih peka, meskipun tidak menimbulkan demam. Tetapi, bila keadaan ini dibiarkan, maka dapat berkembang menjadi infeksi.

Karena itu, agar tidak berkembang lebih gawat, sebaiknya ibu melakukan sesuatu, misalnya dengan membersihkan sisa-sisa ASI yang tertinggal di puting secara teratur dengan air hangat, dengan meletakkan sesuatu yang panas di tempat yang bengkak. Kompres dengan air panas atau mandi di bawah pancuran juga dapat menolong.

Kemudian, daerah yang bengkak sebaiknya di-massage dengan hati-hati, dan payudara sesering mungkin dikosongkan, dengan cara menyusui. Bisa juga mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa payudara. Dengan cara-cara seperti ini biasanya penimbunan ASI akan berakhir dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan mastitis.

Bila keadaan tidak tertolong lagi dan berkembang sehingga timbul kemerah-merahan pada payudara serta diikuti demam dan seakan-akan terkena influensa, maka tanda-tanda ini menunjukkan adanya infeksi. Dalam hal ini sebaiknya ibu segera ke dokter supaya dapat dilakukan tindakan untuk mengatasinya.

Dari pemeriksaan diketahui bahwa jenis bakteri penyebab infeksi itu kebanyakan bakteri staphylosoccus aureus. Bayi yang ibunya menderita mastitis akan menyimpan bakteri ini dalam hidung dan tenggorokannya. Memang bayi itu tidak menjadi sakit, tetapi ia dapat memindahkan bakteri itu kembali ke ibunya. Lalu, mengapa beberapa ibu yang bayinya membawa bakteri akan menderita mastitis, sedangkan ibu lainnya tidak? Hal ini belum dapat diungkapkan.

Tetapi yang jelas, penimbunan ASI akan meningkatkan kemungkinan mendapatkan infeksi ini. Mungkin hal ini disebabkan adanya belahan-belahan atau luka (lecet) pada puting susu yang menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke dalam payudara. Karena itu, hindarilah terjadinya luka pada puting susu serta penimbunan ASI dalam payudara.

Pengobatan Secepatnya

Apabila sudah terjadi peradangan atau mastitis, maka dibutuhkan pengobatan dengan obat antibiotika. Pendapat dokter tentang pemakaian antibiotika bisa berbeda-beda, tetapi dokter akan memberikan yang terbaik bagi ibu. Pengobatan dengan antibiotika dilakukan selama beberapa hari, tergantung dari kebutuhan.

Penting diketahui, walaupun ibu merasa sembuh meskipun obat itu belum habis, pengobatan dengan obat antibiotika harus tetap diteruskan. Sebagai terapi tambahan dapat dilakukan dengan minum obat pengurang rasa sakit dan menurunkan panas, menggunakan BH yang dapat menunjang payudara dengan baik, serta kompres air panas. Bila ada demam, maka konsumsi air juga ditingkatkan.

Banyak pendapat yang saling bertentangan mengenai apakah pemberian ASI dihentikan atau tidak selama adanya infeksi payudara. Namun, baik untuk diketahui, bahwa seringkali apabila pemberian ASI dihentikan, maka justru payudara akan makin membengkak, rasa sakit pun bertambah serta proses penyembuhan infeksi bertambah lambat. Walaupun banyak pendapat yang menganjurkan untuk menghentikan pemberian ASI sementara, tetapi dari beberapa penelitian diketahui bahwa mengosongkan payudara merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi infeksi payudara.

Dari suatu penelitian di Denmark pada 1984 diketahui bahwa pengobatan dengan obat-obatan antibiotika yang dikombinasikan menunjukkan hasil yang baik, dan ini dianggap jalan keluar yang tepat. Pengosongan payudara akan mempersingkat lamanya gejala dari penyakit ini. Pengulangan infeksi belum diselisiki dengan seksama.

Namun, beberapa dokter khawatir bahwa apabila bayi-bayi menyusu dari payudara yang terinfeksi, maka mereka pun akan terkena infeksi. Kemudian hal ini akan ditularkan kembali ke ibunya, sehingga akhirnya si ibu akan mengalaminya berulang kali. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya walaupun payudaranya infeksi, ternyata tidak menularkan penyakitnya pada si bayi.

Payudara yang terkena infeksi memang harus dikosongkan sesering mungkin dengan cara membiarkan bayi terus menyusu atau memompanya, atau mengeluarkan ASI dengan cara mengurut payudara dengan tangan. Bila mastitis segera diobati dengan antibiotika, maka kemungkinan untuk terjadinya abses sangat kecil. Tetapi sebaiknya, infeksi didiagnosa sedini mungkin untuk dapat mencegah komplikasi yang berat seperti abses. Abses ialah kumpulan nanah, jadi semacam bisul tetapi di dalam payudara. Abses pada payudara dapat terjadi bila pengobatan dengan antibiotika tertunda 24-28 jam.

Bila infeksi payudara ini sudah meningkat jadi abses, maka diperlukan pembedahan. Rongga abses dibuka, kemudian dikosongkan, untuk mengeluarkan nanah yang ada di dalam payudara. Biasanya diperlukan pemberian obat-obat antibiotika melalui intra vana (pembuluh darah di dalam) untuk menyelesaikan hal ini secara tuntas.

* dr. rahardi p

Reference :website :keluargasehat.wordpress.com

INDAH FASHION

ONLINE&OFFLINE SHOP
SALE MATERNITY/BIG SIZE& BREASTFEEDING CLOTHES/UNDERWEAR ,

BABY UNTIL 5 YEARS BRANDED (CUBITUS,ETC) CLOTHES
DRESS,WOMAN JEANS PANTS NEW&REASONABLE

SHIPPING AROUND THE WORLD
WEB , http://indahfashion.blogspot.com
e-mail:sweetye_indah@yahoo.com

Also visit, http://indahlifestyle-healthy.blogspot.com

http://indahmoney.blogspot.com

http://indaherbal.blogspot.com


Custom Search

PUT INDAH FASHION BANNER

FEED BURNER

growurl

GrowUrl.com - growing your website