HAMIL KALA MEMAKAI KONTRASEPSI Bila kita kadung hamil padahal kontrasepsi masih terpasang, segera konsultasikan ke dokter untuk diambil langkah-langkah lanjutan. Walau dapat dikatakan cukup jarang atau hanya sekitar 3 persen, kehamilan yang tak diharapkan sewaktu-waktu dapat terjadi kala ibu sedang memakai kontrasepsi. Dengan demikian, berarti program KB atau usaha untuk menunda kehamilan yang sedang dijalani menjadi berantakan. Bukan itu saja, si ibu yang menjalani kehamilan ini pun akan selalu diliputi kecemasan. Apakah alat kontrasepsi ini mengakibatkan janin terjadi "apa-apa"? Umumnya kehamilan dengan alat kontrasepsi masih terpasang terjadi pada alat spiral atau IUD. "Walaupun alat kontrasepsi lainnya, seperti kondom, pil KB, dan susuk pun berisiko mengakibatkan terjadi kehamilan yang tak diharapkan pula. Namun yang banyak disorot adalah pemakaian spiral, karena banyak kasus kehamilan terjadi saat ibu mengikuti program KB dengan spiral," ungkap dr. Bawono Hasan SpOG. dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta ini. Padahal, paparnya, kontrasepsi spiral sengaja dibuat dari tembaga, dengan tujuan agar sperma yang masuk ke rahim, kapasitasnya berkurang sehingga tak dapat bergerak untuk membuahi sel telur. "Ion-ion yang dikeluarkan oleh tembaga, membuat sperma yang masuk ke rahim menjadi kurang kapasitasnya untuk dapat membuahi." SEDAPAT MUNGKIN DICABUT Bila pun kadung terjadi kehamilan saat spiral masih terpasang, maka spiral bisa dicabut, terutama bila usia kehamilan di 3 bulan pertama atau diperkirakan kehamilan belum terlalu besar. "Dengan mengeluarkan IUD pada awal-awal kehamilan, semakin melipatgandakan kemungkinan terjadinya kehamilan yang berhasil." Mencabutnya pun mudah, dokter cukup menarik benang yang ada di spiral. "Karena sebenarnya spiral tak menyentuh janin sama sekali. Spiral terletak di luar kandungan, jadi dokter tinggal menarik benang yang ada di spiral." Perlunya spiral yang tertanam di mulut rahim tersebut dicabut, karena spiral tersebut mengandung bahan aktif dari tembaga. Ion-ion yang dikeluarkan tembaga itu dapat mengganggu pertumbuhan janin, sehingga dapat mengakibatkan keguguran atau kegagalan kehamilan, kelahiran secara prematur, atau ketuban pecah karena terjadi infeksi di rahim. "Namun kalau spiral tersebut sudah tak aktif lagi atau tua, sehingga tak berfungsi lagi, maka tak mempengaruhi kehamilan." Walaupun demikian, ada juga kehamilan saat spiral masih terpasang tak menimbulkan masalah sama sekali. "Biasanya hal ini terjadi bila spiral yang tertanam di rahim ibu sudah mendekati akhir masa kerjanya." Spiral, ungkap Bawono, memiliki akhir masa kerja. "Ada spiral yang masa kerjanya 5 tahun, ada juga yang 8 tahun. Nah, kalau spiral yang terpasang sudah melampaui akhir masa kerja, si ibu sama saja dengan tak memasang spiral. Kalau pun ternyata hamil, biasanya tak ada dampaknya." Nah, agar tak terjadi keterlambatan penanganan, Bawono menyarankan, bila ibu merasa haidnya terlambat atau hanya keluar darah sedikit sekali tak seperti biasanya ketika sedang menggunakan spiral, segera konsultasikan ke petugas kesehatan atau dokter pada saat itu juga. Sebab, jika usia kehamilan lebih dari 3 bulan, pencabutan spiral harus lebih hati-hati dan harus dilakukan oleh ahlinya. Rodin Daulat G.T. Ilustrasi : Pugoeh/nakita |